Selasa, 17 november 2011. Jam 08.30 kaki ini melangkah mantap menuju puskesmas terdekat. Dengan diberikan petunjuk oleh ibu yg baik hati aku mngambil nomor antrian dan duduk di bangku panjang smbil menonton tv, chanel demi chanel aku pindahkan namun hari itu tidak ada tontonan yang istimewa selain pemandangan di dalam puskesmas itu. Menit demi menit bangku putih yang semula penuh perlahan kosong. Entah berapa menit aku menunggu akhirnya giliran aku tiba. Aku menghela napas pendek "akhirnya aku merendahkan diri untuk ke rumah sakit, semua perjuangan selesai".
Kini di depanku telah berdiri sosok wajah keibuan dengan senyum yang tidak begitu menyenangkan "keluhannya apa?" singkat namun penuh arti. Aku mengungkapkan secara detile keluhanku mulai dari sakit dada sampai ke punggung serta nafasku yg semakin berat. Dokter mulai memeriksaku dengan stetoskop, 3 kali dokter memindahkan stetoskop yg kini menmpel di dadaku hanya untuk mendengar irama denyut jantungku yang mungkin tidak terdengar oleh telinganya, kini dokter mulai terlihat mengerutkan keningnya, tidak berhenti sampai di sana dokter mulai menensi darahku, 2x dokter menensi darahku, kini kerutan itu bukan semakin Berkurang namun semakin bertambah kerutannya.
Tanpa suara dia mulai menuliskan dicatatan kertas laporan kesehatanku 90/100 entah 90/120 yang aku tahu pasti dokter itu menuliskan angka 90. Aku tahu pasti bahwa angka itu dibatas normal, dengan kata lain aku kekurangan darah. Belum selesai dokter itu menatapku, akhirnya dia menyuruhku untuk menarik napas panjang hanya beberapa detik aku mulai menunjukan nafasku berat, dokter mulai menuliskan resep dan memberikanku nasihat medisnya, “tidak boleh dekat dengan orang yang merokok dan olahraga teratur, serta mengatur pola makan” aku Cuma membalasnya dengan senyuman. Aku bingung bagaimna aku bisa olahraga jika setiap pagi aku harus segera berangkat ke kampus, mungkin olahraga mengejar damri sudah cukup aku lakukan “ hehehe aku tertawa kecil dalam hati”.
Kini aku melangkahkan kaki menujun tempat obat, aku simpan resepku dikotak kecil yang tersedia di depan apotek itu, menunggu dan menunggu kini jam ditangnku menunjukan pukul 09.40 aku kaget dan panic karena jam 10.20 perkuliahan akan dimulai, keberuntungan memihakku pada saat itu bagian obat tidak terlalu mengantri sehingga tidak lebih dari lima menit obat telah tergenggam ditanganku. Tanpa brpikir panjang aku melangkahkan kakiku keluar puskesmas dan berlari menuju bunderan, tanpa pikir panjang lagi aku tidak menunggu damri tapi angkot. untung angkotnya tidak “ngetem terlalu lama”. Di angkot aku mulai melirik obat yang masih dipegang erat tanganku, aku terbelalak membaca dua jenis obat ini “paracetamol dan vitever” aku kaget karena aku tahu fungsi dari satu obat ini yaitu paracetamol “obat penurun panas”. “panas? Demam?” aku terheran, aku pegang keningku tapi aku memang tidak demam, aku mulai berpikir apakah obatku tertukar? Aku rasa mungkin. Aku lihat satu obat lagi yaitu vitever “kaplet salut selaput”, “jenis obat apa lagi ini” aku terheran-heran, mantaplah dalam pikiranku aku tidak akan memakan obat ini.
Tanpa aku pikirkan lagi aku simpan kedua obat itu di dalam tasku, dan kembali focus menatap suasana jalanan melalui jendela angkot. Sesampainya di kampus aku berlari karena aku takut hari ini aku akan terlambat, namun tanpa aku sangka-sangka teman yang sering berangkat bareng denganku Cuma beda beberapa meter dihadapanku. Aku berjalan di belakang mereka secara perlahan, ketika mereka menoleh ke belakang aku segera bersembunyi, dan kembali melangkah dibelakang mereka ketika mereka melanjutkan perjalanannya. Terus seperti itu sampai kami tiba di ruangan kampus. “lho kok kamu tiba lebih awal ya padahal kan kita duluan” celetuk salah satu temanku, aku tertawa “hahaha dari tadi aku berjalan dibelakang kalian kok, gak nyadar yaaa”, “wah masa?” temanku kini terheran-heran. Aku Cuma tertawa melihat ekspresi wajahnya yang terheran-heran.
Matkul eksperimen kini tidak menarik perhatianku, namun obatlah yang sekarang membuat penasaran. Sesampainya di kostn aku mulai membuka internet dan mencari jawaban atas kebingunganku saat ini, ternyata jelaslah kenapa dokter memberiku kedua jenis obat ini. yang pertama “paracetamol, fungsi mengurangi rasa sakit” mungkin rasa sakit dada yang sering aku rasakan sekarang, yang kedua “vitever, kaplet salut selaput fungsi memperbaiki fungsi otak dan memberikan daya tahan tubuh” memberikan konsentrasi pada kerja otaku karena oksigen yang berkurang selama ini akibat pernafasanku yang tidak teratur dan berat. Serta memberikan daya tahan tubuh” entah karena apa, mungkin ada sesuatu hal sehingga aku harus meminimalkan sakit.
Dadaku sakit, punggungku sakit, kaki dan tanganku sering kesemutan, badanku lemah, dan nafasku berat. Itulah yang aku rasakan. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi pada tubuhku, aku penasaran tapi aku bingung karena aku tahu aku hanya mahasiswi semester tiga yang sedang banyak kebutuhan dan pengeluaran buat praktikum. Akhirnya aku hanya berobat ke puskesmas meskipun aku ingin berobat kerumah sakit bahkan menjalani rontgent secara keseluruhan dan mengetahui jenis penyakitku. Namun aku hanya menelan ludah dan menerima hanya berobat ke puskesmas dan yang lebih membuatku kecewa adalah jenis penyakitku yang tidak diberitahukan sama sekali. Tapi itu suatu keuntungan bagiku karena aku tidak harus bilang pada orangtuaku.
Selama ini aku hanya mencari jenis penyakit sesuai gejala yang aku rasakan dari internet, sesuai keluhan yang pertama kali aku rasakan pada hari minggu pagi tanggal 30-10-11 jam satu pagi. Aku menemukan satu jenis penyakit yang aku rasa sama dengan gejalaku yaitu “gejala awal jantung”.
Gejala awal penyakit jantung:
1. nyeri dada
2. pegal pundak
3. sesak nafas
4. keringat dingin
5. pusing / sakit kepala
6. berdebar
7. mual-mual (nausea) heart burn
8. sakit dada seperti tertindih barang
9. bengkak pada pergelangan kaki dan kesemutan di ujung jari
10. memar
11. kelelahan yg tidak biasa
12. sakit gigi kronis (tidak ada lubang gigi)
13. gusi berdarah
14. pola tidur terganggu
Aku harap diagnosaku salah, aku harap kesimpulanku salah selama ini, namun sejauh ini semua poin dari 1 sampai 14, telah aku alami pada malam itu selama satu minggu yang mengakibatkan aku tidak bisa makan hanya minum setiap harinya.
Jika memang itu merupakan suatu kebenaran aslinya, aku hanya berharap aku bisa menerimanya secara ikhlas, dan memiliki waktu untuk aku bisa berubah menjadi lebih baik, menikmati waktu, menggapai cita-citaku untuk kuliah sampai doctor (s3), tersenyum dan tertawa bersama teman-temanku, membahagiakan orangtuaku, dan mengukir jejek emas hidupku bahwa dulu aku pernah hadir didunia ini dan berada di hati semua orang.