Senin, 06 Februari 2012

Kuatkanlah Aku

Minggu, 5 februari 2012
tubuh ku sakit dan semakin sakit..... setiap harinya

Edcoustic-muhasabah cinta

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari Mu
Kupasrahkan semua pada Mu

Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini ku harapkan cinta Mu

Reff
Kata kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung do’a ku
Sakit yang kurasa biar
Jadi penawar dosaku

*
Butir butir cinta air mataku
Terlihat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Illahi Muhasabat cintaku

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan Mu

Kebohongan demi kebohongan aku ciptakan setiap harinya hanya demi merahasiakan kesakitanku, sungguh aku semakin tidak kuat menahan kesakitan ini, aku lelah, aku semakin lelah..

Minggu, 20 November 2011

dibalik semua tulisan ini

Malam ini aku terus menulis, sebuah cerita dari pengalaman yang telah dilalui. Dari menit ke menit tangan ini semakin lemas untuk melanjutkan menulis, namun aku tetap melanjutkannya, sebelum aku lupa akan cerita yang akan aku ceritakan, sebelum aku malas untuk menulis, sebelum tangan ini makin lemas untuk diajak bergerak, dan sebelum cerita selanjutnya tidak akan bisa aku tulis lagi.

Sebuah kisah yang tidak terlalu berharga buat orang lain, namun sangat berharga bagiku, sebuah kisah yang bisa aku baca dikemudian hari, dan aku kenang. Mungkin dapat jadi sebuah kisah kenangan untuk kedua orangtuaku, meskipun dikemudian hari aku tidak akan ada lagi namun dengan cerita ini aku harap aku akan selalu ada, ada di hati orang-orang yang menyayangiku.

Melalui tulisan ini aku mengungkapkan sesuatu yang telah aku sembunyikn selama ini dari orangtuaku, sesuatu yang tidak bisa aku katakana sejujurnya dihadapan orangtuaku secara langsung, serta sebuah pengakuan yang tersembunyi selama ini. aku tidak bisa mengatakan aku sakit namun aku malah menunjukan aku sehat, aku sedih namun aku menunjukan aku bahagia, aku kuat padahal aku lemah.

Sebelum tubuh ini makin lemas, dada ini makin sakit, nafas ini makin sesak, kucoba untuk menulis meskipun tulisannya semakin lambat untuk aku ketik namun selama tangan ini masih bisa bergerak aku akan berusaha.

Selama ini aku tidak suka menulis, namun demi jejak emas langkahku, demi menunjukan bahwa aku pernah hadir, aku akan berusaha, bantulah aku, ingatlah aku. Aku tidak ingin dilupakan, meskipun jasad ini suatu hari akan musnah namun hati, semangat, dan senyumanku, akan selalu ada, kapanpun, dimanapun, dan selamanya.

organisasiku keluargaku

Malam ini aku tersenyum, dan tidak henti-hentinya manatap foto aku dan teman-temanku di kampus peduli (k-pad) mereka telah memberikan kebahagiaan padaku, dan makna akan kebersamaan serta kekompakan. Keseruan demi keseruan telah aku jalani di organisasi ini, mulai dari baksos ke Palembang, tipar-santolo-garut, serta mentoring anak-anak jalanan.

Berbeda universitas bukan suatu halangan untuk tetap bersama, tetapi makin menyatukan tali silaturahmi. perbedaan umur, tingkatan, status, dan jenis kelamin menyatukan ikatan kekeluargaan semakin erat.

Trimakasih untuk semuanya, teman-temanku, adik-adiku, serta abang-abangku dan kakak-kakakku di organisasi ini, Kalian semualah yang telah memberikan kebahagiaan dan kehangatan akan kekeluargaan padaku. Terutama anak-anak pengamen jalananku kalianlah dosen jalananku, kalianlah yang mengajarkanku semangat serta pengharapan.

Bulan desember sekarng katanya mau mengadakan baksos keciwidey, aku harap aku bisa ikut lagi. Dan bercanda, berkumpul, serta tertawa terbahak-bahak bersama kalian semua. Aku tidak sabar menunggu desember tiba.

Kehangatan, kekeluargaan, kepedulian, keakraban, pengalaman, pembelajaran, dan kebahagiaan merupakan hal yang sangat berharga didunia ini. semoga kita akan selalu menjadi keluarga selamanya. Terimakasih semuanya..

berharap sesuatu itu salah

Selasa, 17 november 2011. Jam 08.30 kaki ini melangkah mantap menuju puskesmas terdekat. Dengan diberikan petunjuk oleh ibu yg baik hati aku mngambil nomor antrian dan duduk di bangku panjang smbil menonton tv, chanel demi chanel aku pindahkan namun hari itu tidak ada tontonan yang istimewa selain pemandangan di dalam puskesmas itu. Menit demi menit bangku putih yang semula penuh perlahan kosong. Entah berapa menit aku menunggu akhirnya giliran aku tiba. Aku menghela napas pendek "akhirnya aku merendahkan diri untuk ke rumah sakit, semua perjuangan selesai".

Kini di depanku telah berdiri sosok wajah keibuan dengan senyum yang tidak begitu menyenangkan "keluhannya apa?" singkat namun penuh arti. Aku mengungkapkan secara detile keluhanku mulai dari sakit dada sampai ke punggung serta nafasku yg semakin berat. Dokter mulai memeriksaku dengan stetoskop, 3 kali dokter memindahkan stetoskop yg kini menmpel di dadaku hanya untuk mendengar irama denyut jantungku yang mungkin tidak terdengar oleh telinganya, kini dokter mulai terlihat mengerutkan keningnya, tidak berhenti sampai di sana dokter mulai menensi darahku, 2x dokter menensi darahku, kini kerutan itu bukan semakin Berkurang namun semakin bertambah kerutannya.

Tanpa suara dia mulai menuliskan dicatatan kertas laporan kesehatanku 90/100 entah 90/120 yang aku tahu pasti dokter itu menuliskan angka 90. Aku tahu pasti bahwa angka itu dibatas normal, dengan kata lain aku kekurangan darah. Belum selesai dokter itu menatapku, akhirnya dia menyuruhku untuk menarik napas panjang hanya beberapa detik aku mulai menunjukan nafasku berat, dokter mulai menuliskan resep dan memberikanku nasihat medisnya, “tidak boleh dekat dengan orang yang merokok dan olahraga teratur, serta mengatur pola makan” aku Cuma membalasnya dengan senyuman. Aku bingung bagaimna aku bisa olahraga jika setiap pagi aku harus segera berangkat ke kampus, mungkin olahraga mengejar damri sudah cukup aku lakukan “ hehehe aku tertawa kecil dalam hati”.

Kini aku melangkahkan kaki menujun tempat obat, aku simpan resepku dikotak kecil yang tersedia di depan apotek itu, menunggu dan menunggu kini jam ditangnku menunjukan pukul 09.40 aku kaget dan panic karena jam 10.20 perkuliahan akan dimulai, keberuntungan memihakku pada saat itu bagian obat tidak terlalu mengantri sehingga tidak lebih dari lima menit obat telah tergenggam ditanganku. Tanpa brpikir panjang aku melangkahkan kakiku keluar puskesmas dan berlari menuju bunderan, tanpa pikir panjang lagi aku tidak menunggu damri tapi angkot. untung angkotnya tidak “ngetem terlalu lama”. Di angkot aku mulai melirik obat yang masih dipegang erat tanganku, aku terbelalak membaca dua jenis obat ini “paracetamol dan vitever” aku kaget karena aku tahu fungsi dari satu obat ini yaitu paracetamol “obat penurun panas”. “panas? Demam?” aku terheran, aku pegang keningku tapi aku memang tidak demam, aku mulai berpikir apakah obatku tertukar? Aku rasa mungkin. Aku lihat satu obat lagi yaitu vitever “kaplet salut selaput”, “jenis obat apa lagi ini” aku terheran-heran, mantaplah dalam pikiranku aku tidak akan memakan obat ini.

Tanpa aku pikirkan lagi aku simpan kedua obat itu di dalam tasku, dan kembali focus menatap suasana jalanan melalui jendela angkot. Sesampainya di kampus aku berlari karena aku takut hari ini aku akan terlambat, namun tanpa aku sangka-sangka teman yang sering berangkat bareng denganku Cuma beda beberapa meter dihadapanku. Aku berjalan di belakang mereka secara perlahan, ketika mereka menoleh ke belakang aku segera bersembunyi, dan kembali melangkah dibelakang mereka ketika mereka melanjutkan perjalanannya. Terus seperti itu sampai kami tiba di ruangan kampus. “lho kok kamu tiba lebih awal ya padahal kan kita duluan” celetuk salah satu temanku, aku tertawa “hahaha dari tadi aku berjalan dibelakang kalian kok, gak nyadar yaaa”, “wah masa?” temanku kini terheran-heran. Aku Cuma tertawa melihat ekspresi wajahnya yang terheran-heran.

Matkul eksperimen kini tidak menarik perhatianku, namun obatlah yang sekarang membuat penasaran. Sesampainya di kostn aku mulai membuka internet dan mencari jawaban atas kebingunganku saat ini, ternyata jelaslah kenapa dokter memberiku kedua jenis obat ini. yang pertama “paracetamol, fungsi mengurangi rasa sakit” mungkin rasa sakit dada yang sering aku rasakan sekarang, yang kedua “vitever, kaplet salut selaput fungsi memperbaiki fungsi otak dan memberikan daya tahan tubuh” memberikan konsentrasi pada kerja otaku karena oksigen yang berkurang selama ini akibat pernafasanku yang tidak teratur dan berat. Serta memberikan daya tahan tubuh” entah karena apa, mungkin ada sesuatu hal sehingga aku harus meminimalkan sakit.

Dadaku sakit, punggungku sakit, kaki dan tanganku sering kesemutan, badanku lemah, dan nafasku berat. Itulah yang aku rasakan. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi pada tubuhku, aku penasaran tapi aku bingung karena aku tahu aku hanya mahasiswi semester tiga yang sedang banyak kebutuhan dan pengeluaran buat praktikum. Akhirnya aku hanya berobat ke puskesmas meskipun aku ingin berobat kerumah sakit bahkan menjalani rontgent secara keseluruhan dan mengetahui jenis penyakitku. Namun aku hanya menelan ludah dan menerima hanya berobat ke puskesmas dan yang lebih membuatku kecewa adalah jenis penyakitku yang tidak diberitahukan sama sekali. Tapi itu suatu keuntungan bagiku karena aku tidak harus bilang pada orangtuaku.

Selama ini aku hanya mencari jenis penyakit sesuai gejala yang aku rasakan dari internet, sesuai keluhan yang pertama kali aku rasakan pada hari minggu pagi tanggal 30-10-11 jam satu pagi. Aku menemukan satu jenis penyakit yang aku rasa sama dengan gejalaku yaitu “gejala awal jantung”.

Gejala awal penyakit jantung:

1. nyeri dada

2. pegal pundak

3. sesak nafas

4. keringat dingin

5. pusing / sakit kepala

6. berdebar

7. mual-mual (nausea) heart burn

8. sakit dada seperti tertindih barang

9. bengkak pada pergelangan kaki dan kesemutan di ujung jari

10. memar

11. kelelahan yg tidak biasa

12. sakit gigi kronis (tidak ada lubang gigi)

13. gusi berdarah

14. pola tidur terganggu

Aku harap diagnosaku salah, aku harap kesimpulanku salah selama ini, namun sejauh ini semua poin dari 1 sampai 14, telah aku alami pada malam itu selama satu minggu yang mengakibatkan aku tidak bisa makan hanya minum setiap harinya.

Jika memang itu merupakan suatu kebenaran aslinya, aku hanya berharap aku bisa menerimanya secara ikhlas, dan memiliki waktu untuk aku bisa berubah menjadi lebih baik, menikmati waktu, menggapai cita-citaku untuk kuliah sampai doctor (s3), tersenyum dan tertawa bersama teman-temanku, membahagiakan orangtuaku, dan mengukir jejek emas hidupku bahwa dulu aku pernah hadir didunia ini dan berada di hati semua orang.

ketakutanku keputusasaanku saat ini


Entah berapa tahun, bulan, atau hari kah sisa umurku, dari hari ke hari kondisiku mulai lemah, setiap hari tangan dan kakiku terus menerus kesemutan, tangan ku mulai pegal-pegal, dadaku selalu sakit kadang sebelah kiri kadang kanan, punggung tengahku terus menerus merasakan sakit dan napasku semakin hari semakin berat. Aku tidak bisa menahan napas terlalu lama bahkan menghirupnya.

Kini dibagian perut atasku mulai sakit, dan secara dua hari ini urinku berwarna orange kemerah-merahan. Entah apa yang terjadi padaku, namun aku bisa merasakan bahwa ada yang salah dengan diriku.

Hari ini, minggu 20-11-11 skoring terakhir klasikal 1 dikampus, aku berjalan mantap menuju kampus pukul 08.00 tentunya dengan kendaraan antar jemputku “damri”. Hari ini entah apa yang terjadi padaku aku tidak bersemangat lagi. Aku sandarkan tubuhku pada kursi damri dengan pandangan terus menatap jendela samping, “apakah karena aku semalaman tidak bisa tidur?” pikirku dalam hati. Ya semalaman aku tidak bisa tidur, jantungku terus berdetak cepat sehingga membuatku terus gelisah tanpa sebab, bawah dadaku atau yang sering disebut “hulu hati” terus memunculkan rasa sakit yang berkelanjutan, dan nafasku yang mulai semakin berat serta punggungku yang setiap hari selalu menemaniku dengan rasa sakitnya.

Aku terus menatap jendela damri yang melaju dijalanan, untuk menahan rasa sakitku aku menatap suasana jalanan. Tanpa aku sadari aku melihat beberapa plang yang terpajang secara bergantian, plang demi plang yang bertuliskan nama gedung mulai menghiburku, aku tertawa, aku melihat tulisan plng sebagian demi sebagian sehingga memunculkan kalimat yang membuat aku ketawa bahagia. “helm kambing dijual 55.000” padahal tulisan itu terdiri dari 3 papan reklame “plang” helm-kambing-dijual 55.000.

aku baru menyadari, selama ini banyak yang merasa hidupnya selalu sedih dan menderita, padahal jika kita melihat sekeliling dengan mata terbuka banyak yang membuat kita bahagia, lingkungan ingin turut serta dalam kebahagiaan kita bahkan selalu membuat kita tersenyum. “aku tersenyuma bahagia”.

Aku terus menatap pandangan disekitar jendela, tanpa aku sadari kini tujuanku telah sampai “kampus”. Aku turun dan mulai menyebrang untuk dapat menuju kampusku saat ini, namun perasaan aneh mulai merasukiku lagi, aku merasakan laju mobil yang mulai pelan dan sangat pelan, membuatku ingin segera menyebranginya. Aku mulai menyadarkan diri dan kembali berkonsentrasi kini mobil d jalanan itu terlihat cepat sebagaimana aslinya. Aku tidak ingin terjebak dengan pikiranku lagi sehingga aku menyebrang jalanan dengan memegang tas temanku.

Kini pukul 09.00 aku telah sampai kampus dan ruangan a.10 telah menungguku. Tanpa aba-aba lagi aku mengambil map di lab dan mulai menaiki tangga menuju lantai dua. Namun tangga itu malah membuatku semakin lemas tanpa sebab sehingga aku terus menerus memegang pegangan besi yang tepasang sepanjang anak tangga. “Entah apa yang terjadi padaku”

Scoring akhirnya aku mulai, menit demi menit telah berlalu, aku meneliti seluruh data scoring, namun tanganku terus menerus gemetar lemas, aku menggerakan tanganku dan jariku untuk menghilangkan rasa lemas, semua sia-sia aku melanjutkan pekerjaanku tanpa menghiraukan keadaan tangan dan tubuhku yang mulai makin lemas meskipun pekerjaanku makin lambat dari biasanya, namun aku tetap melanjutkan. Aku menatap jam tangan yg terpasang dipegelanganku waktu menunjukan hampir berakhirnya scoring. Akhirnya aku memaksa tanganku untuk melanjutkan menulis selembar demi lembar tes itu. setelah aku hampir selesai akhirnya aku periksa kembali, astaga seluruh kolom salah penulisan, aku kaget karena angka yang harus aku simpan di atas aku malah menyimpan seluruhnya di bawah, semuanya terbalik apa yang aku lihat dan pikirkan ternyata tidak sama dengan apa yang aku tulis. Akhirnya dengan menenangkan diriku dari panic akhirnya aku membetulkan seluruh jawaban. Aku lihat dan periksa dua kali namun aku tetap terkecoh, “apa yang terjadi padaku? Otaku mempermainkanku” akhirnya aku lihat secara lambat dan aku perbaiki yang salah. Tinggal 1 lembar tes yang belum aku isi, akhirnya aku menyerah dan membiarkannya kosong karena waktu scoring telah selesai.

Akhirnya aku menyadari kesalahan ini bukan yang pertama bagiku, sekitar dua minggu yang telah lalu aku merasakan apa yang ingin aku ucapkan tidak selaras dengan apa yang telah aku pikirkan seperti “malas banget” jadi “banget malas”. Apa yang akan aku tulis ada kosakata yang tidak tercantum bahkan salah sama sekali seperti “jadi-dadi, berpikir-berkpir, aku-kau, menghiraukan-menghitaukan”.

Apa yang salah denganku? Kenapa akhir-akhir ini otaku tidak selaras dengan gerak motoriku? Kenapa dadaku makin sakit? Kenapa tanganku makin lemas? Kenapa tubuhku makin tidak berenergi dan lemas? Kenapa tangan dan kakiku selalu kesemutan? Kenapa jalanku makin sempoyongan? Kenapa tubuhku semakin sakit? Kenapa aku tidak bisa menarik napas panjang? Kenapa nafasku berat?

“Mah aku takut, aku takut tidak bisa melanjutkan kuliahku, aku takut aku tidak akan bisa lagi menulis, memegang, bahkan berjalan, mah aku takut tubuh ini tidak akan bisa bergerak lagi, bahkan aku takut nafasku akan berhenti, aku takut tidak akan melihat mu lagi mah, mah tolong aku, beri aku semangat, beri aku kemudahan seperti dahulu, bantu aku mah agar aku bisa terus kuliah dan menggapai magisterku, aku takut, dan aku semakin takut untuk mengatakan padamu mah, takut untuk mengatakan yang sebenarnya, takut membuatmu sedih”

Minggu, 13 November 2011

sanguin tipe dalam diriku

Tipe melankolis sanguinis, begitulah yang dikatakan oleh teman yang aku temui di tipar, santolo garut. Tanpa banyak bertanya lagi aku langsung diam, tertawa kecil dalam hati mengingat mahasiswi calon psikologi ditebak kepribadiannya oleh anak teknik upi.

Selain itu, dia mengatakan aku orangnya detile, terencana, perfeksionis, dan ingin selalu diperhatikan oleh orang lain namun tidak mau memperhatikan orang lain, serta riwh atau sukri (suka riweh). Aku tercengang mendengar perkataannya itu “memang benar sekali tebakkannya” aku terdiam karena aku malu mengakuinya. "hehehe" aku hanya menunjukan senyum kecil sebagai isyarat bahwa tebakannya benar.

Selama ini memang aku selalu ingin selalu perfect dalam tugas maupun suatu rencana, aku lebih suka mengambil alih semuanya dari pada menunggu intruksi orang lain yang kadang-kadang tidak terencana dan sangat tidak masuk akal bagiku.

Dalam tugas kelompok? Aku lebih memilih mengerjakannya sendiri dari pada membaginya dengan tim sekelompoku, egoiskah aku? “mungkin, tapi itu lebih baik dari pada tugas yang mereka buat asal-asalan. Aku tidak suka itu.

“sukri”, itulah panggilan yang aku terima dari teman-temanku, aku memang gampang panic jika ada tugas yang belum aku mengerti, aku selalu panic ketika semua rencana yang telah aku susun secara sempurna harus terhambat, aku selalu panic ketika ada pemberitahuan atau informasi yang belum aku ketahui.

“Perfect” satu kata yang harus aku tebalin, aku perfect jika dalam mengerjakan tugas, dan dalam menyusun rencana. Namun “dalam hal pakaian?” jangan ditanya, ini sesuatu kebalikan, aku selalu berpakaian cuek yang penting enak dipakai, enak terlihat dan warnanya nyambung “jika baju panjang sampai atas lutut aku paling tidak suka menggunakan rok karena terlihat aneh, tetapi aku selalu menggabungkannya dengan celana jeans begitupun masalah warna”.

Selalu tersenyum dan tertawa, meskipun orang lain menyindir dan membenciku aku selalu tersenyum padanya, meskipun aku dihina namun aku selalu menganggap perkataannya merupakan bahan candaan bagiku. Karena itulah aku tidak pernah memiliki musuh terlalu lama, aku jarang sakit hati karena aku tidak pernah menganggapnya serius, aku jarang menangis karena aku selalu tertawa dan tersenyum.

Aku selalu berprinsip :

“Penyakit itu bukan ada pada orang lain, tetapi ada pada diri kita. Jika orang lain berbicara dengan nada tinggi pada kita jangan langsung marah karena bisa saja otak kita yang mempresepsikan salah, presepsikan saja orang itu berbicara biasa dengan nada yang biasa. Hati-hati otak kita dipengaruhi oleh perasaan hati kita. Maka kendalikanlah perasaan kita dan settinglah hati kita selalu dalam keadaan tenang dan bahagia dijamin emosi tidak akan pernah ada dalam kehidupan kita.”

Tipe sanguinis, gampang tersenyum, tidak mudah sakit hati, dan selalu riang. Itulah rencana jejak emas hidupku, kesan yang harus aku ukir, selau dan selalu.

tersenyumlah hatiku

Minggu, tanggal 13 november 2011, pertama kalinya aku melakukan praktikum psikotes di lapangan. Semua berjalan lancar meskipun ada satu orang yang tidak dapat hadir sehingga op aku hanya berjumlah empat orang dari lima orang yang telah ditentukan.

Tidak ada yang berkesan menurutku, kecuali aku harus tersenyum dan mengalah ketika rekan setimku terus menerus menyalahkan kekuranganku ketika tampil, namun dirinya tidak ingin disalahkan atas kesalahnnya.

Seperti biasa, aku hanya tersenyum.

Mengingat langkah emas yang harus aku ukir, tersenyum meskipun itu menyakitkan, mengalah untuk menghindari terjadinya konflik, dan bersabar.

Terus tersenyumlah, ingatlah hidup ini terlalu singkat untuk membenci seseorang, cobalah bersabar dan mengalah, hidup ini akan terasa tenang dan damai.

Hatimu akan selalu diliputi ketenangan karena itulah yang sekarang terjadi pada diriku. Tanpa dendam tanpa sakit hati.

Ayo kita terus tersenyum, sebelum senyum itu sulit untuk dilakukan lagi.

boleh di coba

buruan daftar bakal dapat uang

Untung Beliung