Minggu, 20 November 2011

dibalik semua tulisan ini

Malam ini aku terus menulis, sebuah cerita dari pengalaman yang telah dilalui. Dari menit ke menit tangan ini semakin lemas untuk melanjutkan menulis, namun aku tetap melanjutkannya, sebelum aku lupa akan cerita yang akan aku ceritakan, sebelum aku malas untuk menulis, sebelum tangan ini makin lemas untuk diajak bergerak, dan sebelum cerita selanjutnya tidak akan bisa aku tulis lagi.

Sebuah kisah yang tidak terlalu berharga buat orang lain, namun sangat berharga bagiku, sebuah kisah yang bisa aku baca dikemudian hari, dan aku kenang. Mungkin dapat jadi sebuah kisah kenangan untuk kedua orangtuaku, meskipun dikemudian hari aku tidak akan ada lagi namun dengan cerita ini aku harap aku akan selalu ada, ada di hati orang-orang yang menyayangiku.

Melalui tulisan ini aku mengungkapkan sesuatu yang telah aku sembunyikn selama ini dari orangtuaku, sesuatu yang tidak bisa aku katakana sejujurnya dihadapan orangtuaku secara langsung, serta sebuah pengakuan yang tersembunyi selama ini. aku tidak bisa mengatakan aku sakit namun aku malah menunjukan aku sehat, aku sedih namun aku menunjukan aku bahagia, aku kuat padahal aku lemah.

Sebelum tubuh ini makin lemas, dada ini makin sakit, nafas ini makin sesak, kucoba untuk menulis meskipun tulisannya semakin lambat untuk aku ketik namun selama tangan ini masih bisa bergerak aku akan berusaha.

Selama ini aku tidak suka menulis, namun demi jejak emas langkahku, demi menunjukan bahwa aku pernah hadir, aku akan berusaha, bantulah aku, ingatlah aku. Aku tidak ingin dilupakan, meskipun jasad ini suatu hari akan musnah namun hati, semangat, dan senyumanku, akan selalu ada, kapanpun, dimanapun, dan selamanya.

organisasiku keluargaku

Malam ini aku tersenyum, dan tidak henti-hentinya manatap foto aku dan teman-temanku di kampus peduli (k-pad) mereka telah memberikan kebahagiaan padaku, dan makna akan kebersamaan serta kekompakan. Keseruan demi keseruan telah aku jalani di organisasi ini, mulai dari baksos ke Palembang, tipar-santolo-garut, serta mentoring anak-anak jalanan.

Berbeda universitas bukan suatu halangan untuk tetap bersama, tetapi makin menyatukan tali silaturahmi. perbedaan umur, tingkatan, status, dan jenis kelamin menyatukan ikatan kekeluargaan semakin erat.

Trimakasih untuk semuanya, teman-temanku, adik-adiku, serta abang-abangku dan kakak-kakakku di organisasi ini, Kalian semualah yang telah memberikan kebahagiaan dan kehangatan akan kekeluargaan padaku. Terutama anak-anak pengamen jalananku kalianlah dosen jalananku, kalianlah yang mengajarkanku semangat serta pengharapan.

Bulan desember sekarng katanya mau mengadakan baksos keciwidey, aku harap aku bisa ikut lagi. Dan bercanda, berkumpul, serta tertawa terbahak-bahak bersama kalian semua. Aku tidak sabar menunggu desember tiba.

Kehangatan, kekeluargaan, kepedulian, keakraban, pengalaman, pembelajaran, dan kebahagiaan merupakan hal yang sangat berharga didunia ini. semoga kita akan selalu menjadi keluarga selamanya. Terimakasih semuanya..

berharap sesuatu itu salah

Selasa, 17 november 2011. Jam 08.30 kaki ini melangkah mantap menuju puskesmas terdekat. Dengan diberikan petunjuk oleh ibu yg baik hati aku mngambil nomor antrian dan duduk di bangku panjang smbil menonton tv, chanel demi chanel aku pindahkan namun hari itu tidak ada tontonan yang istimewa selain pemandangan di dalam puskesmas itu. Menit demi menit bangku putih yang semula penuh perlahan kosong. Entah berapa menit aku menunggu akhirnya giliran aku tiba. Aku menghela napas pendek "akhirnya aku merendahkan diri untuk ke rumah sakit, semua perjuangan selesai".

Kini di depanku telah berdiri sosok wajah keibuan dengan senyum yang tidak begitu menyenangkan "keluhannya apa?" singkat namun penuh arti. Aku mengungkapkan secara detile keluhanku mulai dari sakit dada sampai ke punggung serta nafasku yg semakin berat. Dokter mulai memeriksaku dengan stetoskop, 3 kali dokter memindahkan stetoskop yg kini menmpel di dadaku hanya untuk mendengar irama denyut jantungku yang mungkin tidak terdengar oleh telinganya, kini dokter mulai terlihat mengerutkan keningnya, tidak berhenti sampai di sana dokter mulai menensi darahku, 2x dokter menensi darahku, kini kerutan itu bukan semakin Berkurang namun semakin bertambah kerutannya.

Tanpa suara dia mulai menuliskan dicatatan kertas laporan kesehatanku 90/100 entah 90/120 yang aku tahu pasti dokter itu menuliskan angka 90. Aku tahu pasti bahwa angka itu dibatas normal, dengan kata lain aku kekurangan darah. Belum selesai dokter itu menatapku, akhirnya dia menyuruhku untuk menarik napas panjang hanya beberapa detik aku mulai menunjukan nafasku berat, dokter mulai menuliskan resep dan memberikanku nasihat medisnya, “tidak boleh dekat dengan orang yang merokok dan olahraga teratur, serta mengatur pola makan” aku Cuma membalasnya dengan senyuman. Aku bingung bagaimna aku bisa olahraga jika setiap pagi aku harus segera berangkat ke kampus, mungkin olahraga mengejar damri sudah cukup aku lakukan “ hehehe aku tertawa kecil dalam hati”.

Kini aku melangkahkan kaki menujun tempat obat, aku simpan resepku dikotak kecil yang tersedia di depan apotek itu, menunggu dan menunggu kini jam ditangnku menunjukan pukul 09.40 aku kaget dan panic karena jam 10.20 perkuliahan akan dimulai, keberuntungan memihakku pada saat itu bagian obat tidak terlalu mengantri sehingga tidak lebih dari lima menit obat telah tergenggam ditanganku. Tanpa brpikir panjang aku melangkahkan kakiku keluar puskesmas dan berlari menuju bunderan, tanpa pikir panjang lagi aku tidak menunggu damri tapi angkot. untung angkotnya tidak “ngetem terlalu lama”. Di angkot aku mulai melirik obat yang masih dipegang erat tanganku, aku terbelalak membaca dua jenis obat ini “paracetamol dan vitever” aku kaget karena aku tahu fungsi dari satu obat ini yaitu paracetamol “obat penurun panas”. “panas? Demam?” aku terheran, aku pegang keningku tapi aku memang tidak demam, aku mulai berpikir apakah obatku tertukar? Aku rasa mungkin. Aku lihat satu obat lagi yaitu vitever “kaplet salut selaput”, “jenis obat apa lagi ini” aku terheran-heran, mantaplah dalam pikiranku aku tidak akan memakan obat ini.

Tanpa aku pikirkan lagi aku simpan kedua obat itu di dalam tasku, dan kembali focus menatap suasana jalanan melalui jendela angkot. Sesampainya di kampus aku berlari karena aku takut hari ini aku akan terlambat, namun tanpa aku sangka-sangka teman yang sering berangkat bareng denganku Cuma beda beberapa meter dihadapanku. Aku berjalan di belakang mereka secara perlahan, ketika mereka menoleh ke belakang aku segera bersembunyi, dan kembali melangkah dibelakang mereka ketika mereka melanjutkan perjalanannya. Terus seperti itu sampai kami tiba di ruangan kampus. “lho kok kamu tiba lebih awal ya padahal kan kita duluan” celetuk salah satu temanku, aku tertawa “hahaha dari tadi aku berjalan dibelakang kalian kok, gak nyadar yaaa”, “wah masa?” temanku kini terheran-heran. Aku Cuma tertawa melihat ekspresi wajahnya yang terheran-heran.

Matkul eksperimen kini tidak menarik perhatianku, namun obatlah yang sekarang membuat penasaran. Sesampainya di kostn aku mulai membuka internet dan mencari jawaban atas kebingunganku saat ini, ternyata jelaslah kenapa dokter memberiku kedua jenis obat ini. yang pertama “paracetamol, fungsi mengurangi rasa sakit” mungkin rasa sakit dada yang sering aku rasakan sekarang, yang kedua “vitever, kaplet salut selaput fungsi memperbaiki fungsi otak dan memberikan daya tahan tubuh” memberikan konsentrasi pada kerja otaku karena oksigen yang berkurang selama ini akibat pernafasanku yang tidak teratur dan berat. Serta memberikan daya tahan tubuh” entah karena apa, mungkin ada sesuatu hal sehingga aku harus meminimalkan sakit.

Dadaku sakit, punggungku sakit, kaki dan tanganku sering kesemutan, badanku lemah, dan nafasku berat. Itulah yang aku rasakan. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi pada tubuhku, aku penasaran tapi aku bingung karena aku tahu aku hanya mahasiswi semester tiga yang sedang banyak kebutuhan dan pengeluaran buat praktikum. Akhirnya aku hanya berobat ke puskesmas meskipun aku ingin berobat kerumah sakit bahkan menjalani rontgent secara keseluruhan dan mengetahui jenis penyakitku. Namun aku hanya menelan ludah dan menerima hanya berobat ke puskesmas dan yang lebih membuatku kecewa adalah jenis penyakitku yang tidak diberitahukan sama sekali. Tapi itu suatu keuntungan bagiku karena aku tidak harus bilang pada orangtuaku.

Selama ini aku hanya mencari jenis penyakit sesuai gejala yang aku rasakan dari internet, sesuai keluhan yang pertama kali aku rasakan pada hari minggu pagi tanggal 30-10-11 jam satu pagi. Aku menemukan satu jenis penyakit yang aku rasa sama dengan gejalaku yaitu “gejala awal jantung”.

Gejala awal penyakit jantung:

1. nyeri dada

2. pegal pundak

3. sesak nafas

4. keringat dingin

5. pusing / sakit kepala

6. berdebar

7. mual-mual (nausea) heart burn

8. sakit dada seperti tertindih barang

9. bengkak pada pergelangan kaki dan kesemutan di ujung jari

10. memar

11. kelelahan yg tidak biasa

12. sakit gigi kronis (tidak ada lubang gigi)

13. gusi berdarah

14. pola tidur terganggu

Aku harap diagnosaku salah, aku harap kesimpulanku salah selama ini, namun sejauh ini semua poin dari 1 sampai 14, telah aku alami pada malam itu selama satu minggu yang mengakibatkan aku tidak bisa makan hanya minum setiap harinya.

Jika memang itu merupakan suatu kebenaran aslinya, aku hanya berharap aku bisa menerimanya secara ikhlas, dan memiliki waktu untuk aku bisa berubah menjadi lebih baik, menikmati waktu, menggapai cita-citaku untuk kuliah sampai doctor (s3), tersenyum dan tertawa bersama teman-temanku, membahagiakan orangtuaku, dan mengukir jejek emas hidupku bahwa dulu aku pernah hadir didunia ini dan berada di hati semua orang.

ketakutanku keputusasaanku saat ini


Entah berapa tahun, bulan, atau hari kah sisa umurku, dari hari ke hari kondisiku mulai lemah, setiap hari tangan dan kakiku terus menerus kesemutan, tangan ku mulai pegal-pegal, dadaku selalu sakit kadang sebelah kiri kadang kanan, punggung tengahku terus menerus merasakan sakit dan napasku semakin hari semakin berat. Aku tidak bisa menahan napas terlalu lama bahkan menghirupnya.

Kini dibagian perut atasku mulai sakit, dan secara dua hari ini urinku berwarna orange kemerah-merahan. Entah apa yang terjadi padaku, namun aku bisa merasakan bahwa ada yang salah dengan diriku.

Hari ini, minggu 20-11-11 skoring terakhir klasikal 1 dikampus, aku berjalan mantap menuju kampus pukul 08.00 tentunya dengan kendaraan antar jemputku “damri”. Hari ini entah apa yang terjadi padaku aku tidak bersemangat lagi. Aku sandarkan tubuhku pada kursi damri dengan pandangan terus menatap jendela samping, “apakah karena aku semalaman tidak bisa tidur?” pikirku dalam hati. Ya semalaman aku tidak bisa tidur, jantungku terus berdetak cepat sehingga membuatku terus gelisah tanpa sebab, bawah dadaku atau yang sering disebut “hulu hati” terus memunculkan rasa sakit yang berkelanjutan, dan nafasku yang mulai semakin berat serta punggungku yang setiap hari selalu menemaniku dengan rasa sakitnya.

Aku terus menatap jendela damri yang melaju dijalanan, untuk menahan rasa sakitku aku menatap suasana jalanan. Tanpa aku sadari aku melihat beberapa plang yang terpajang secara bergantian, plang demi plang yang bertuliskan nama gedung mulai menghiburku, aku tertawa, aku melihat tulisan plng sebagian demi sebagian sehingga memunculkan kalimat yang membuat aku ketawa bahagia. “helm kambing dijual 55.000” padahal tulisan itu terdiri dari 3 papan reklame “plang” helm-kambing-dijual 55.000.

aku baru menyadari, selama ini banyak yang merasa hidupnya selalu sedih dan menderita, padahal jika kita melihat sekeliling dengan mata terbuka banyak yang membuat kita bahagia, lingkungan ingin turut serta dalam kebahagiaan kita bahkan selalu membuat kita tersenyum. “aku tersenyuma bahagia”.

Aku terus menatap pandangan disekitar jendela, tanpa aku sadari kini tujuanku telah sampai “kampus”. Aku turun dan mulai menyebrang untuk dapat menuju kampusku saat ini, namun perasaan aneh mulai merasukiku lagi, aku merasakan laju mobil yang mulai pelan dan sangat pelan, membuatku ingin segera menyebranginya. Aku mulai menyadarkan diri dan kembali berkonsentrasi kini mobil d jalanan itu terlihat cepat sebagaimana aslinya. Aku tidak ingin terjebak dengan pikiranku lagi sehingga aku menyebrang jalanan dengan memegang tas temanku.

Kini pukul 09.00 aku telah sampai kampus dan ruangan a.10 telah menungguku. Tanpa aba-aba lagi aku mengambil map di lab dan mulai menaiki tangga menuju lantai dua. Namun tangga itu malah membuatku semakin lemas tanpa sebab sehingga aku terus menerus memegang pegangan besi yang tepasang sepanjang anak tangga. “Entah apa yang terjadi padaku”

Scoring akhirnya aku mulai, menit demi menit telah berlalu, aku meneliti seluruh data scoring, namun tanganku terus menerus gemetar lemas, aku menggerakan tanganku dan jariku untuk menghilangkan rasa lemas, semua sia-sia aku melanjutkan pekerjaanku tanpa menghiraukan keadaan tangan dan tubuhku yang mulai makin lemas meskipun pekerjaanku makin lambat dari biasanya, namun aku tetap melanjutkan. Aku menatap jam tangan yg terpasang dipegelanganku waktu menunjukan hampir berakhirnya scoring. Akhirnya aku memaksa tanganku untuk melanjutkan menulis selembar demi lembar tes itu. setelah aku hampir selesai akhirnya aku periksa kembali, astaga seluruh kolom salah penulisan, aku kaget karena angka yang harus aku simpan di atas aku malah menyimpan seluruhnya di bawah, semuanya terbalik apa yang aku lihat dan pikirkan ternyata tidak sama dengan apa yang aku tulis. Akhirnya dengan menenangkan diriku dari panic akhirnya aku membetulkan seluruh jawaban. Aku lihat dan periksa dua kali namun aku tetap terkecoh, “apa yang terjadi padaku? Otaku mempermainkanku” akhirnya aku lihat secara lambat dan aku perbaiki yang salah. Tinggal 1 lembar tes yang belum aku isi, akhirnya aku menyerah dan membiarkannya kosong karena waktu scoring telah selesai.

Akhirnya aku menyadari kesalahan ini bukan yang pertama bagiku, sekitar dua minggu yang telah lalu aku merasakan apa yang ingin aku ucapkan tidak selaras dengan apa yang telah aku pikirkan seperti “malas banget” jadi “banget malas”. Apa yang akan aku tulis ada kosakata yang tidak tercantum bahkan salah sama sekali seperti “jadi-dadi, berpikir-berkpir, aku-kau, menghiraukan-menghitaukan”.

Apa yang salah denganku? Kenapa akhir-akhir ini otaku tidak selaras dengan gerak motoriku? Kenapa dadaku makin sakit? Kenapa tanganku makin lemas? Kenapa tubuhku makin tidak berenergi dan lemas? Kenapa tangan dan kakiku selalu kesemutan? Kenapa jalanku makin sempoyongan? Kenapa tubuhku semakin sakit? Kenapa aku tidak bisa menarik napas panjang? Kenapa nafasku berat?

“Mah aku takut, aku takut tidak bisa melanjutkan kuliahku, aku takut aku tidak akan bisa lagi menulis, memegang, bahkan berjalan, mah aku takut tubuh ini tidak akan bisa bergerak lagi, bahkan aku takut nafasku akan berhenti, aku takut tidak akan melihat mu lagi mah, mah tolong aku, beri aku semangat, beri aku kemudahan seperti dahulu, bantu aku mah agar aku bisa terus kuliah dan menggapai magisterku, aku takut, dan aku semakin takut untuk mengatakan padamu mah, takut untuk mengatakan yang sebenarnya, takut membuatmu sedih”

Minggu, 13 November 2011

sanguin tipe dalam diriku

Tipe melankolis sanguinis, begitulah yang dikatakan oleh teman yang aku temui di tipar, santolo garut. Tanpa banyak bertanya lagi aku langsung diam, tertawa kecil dalam hati mengingat mahasiswi calon psikologi ditebak kepribadiannya oleh anak teknik upi.

Selain itu, dia mengatakan aku orangnya detile, terencana, perfeksionis, dan ingin selalu diperhatikan oleh orang lain namun tidak mau memperhatikan orang lain, serta riwh atau sukri (suka riweh). Aku tercengang mendengar perkataannya itu “memang benar sekali tebakkannya” aku terdiam karena aku malu mengakuinya. "hehehe" aku hanya menunjukan senyum kecil sebagai isyarat bahwa tebakannya benar.

Selama ini memang aku selalu ingin selalu perfect dalam tugas maupun suatu rencana, aku lebih suka mengambil alih semuanya dari pada menunggu intruksi orang lain yang kadang-kadang tidak terencana dan sangat tidak masuk akal bagiku.

Dalam tugas kelompok? Aku lebih memilih mengerjakannya sendiri dari pada membaginya dengan tim sekelompoku, egoiskah aku? “mungkin, tapi itu lebih baik dari pada tugas yang mereka buat asal-asalan. Aku tidak suka itu.

“sukri”, itulah panggilan yang aku terima dari teman-temanku, aku memang gampang panic jika ada tugas yang belum aku mengerti, aku selalu panic ketika semua rencana yang telah aku susun secara sempurna harus terhambat, aku selalu panic ketika ada pemberitahuan atau informasi yang belum aku ketahui.

“Perfect” satu kata yang harus aku tebalin, aku perfect jika dalam mengerjakan tugas, dan dalam menyusun rencana. Namun “dalam hal pakaian?” jangan ditanya, ini sesuatu kebalikan, aku selalu berpakaian cuek yang penting enak dipakai, enak terlihat dan warnanya nyambung “jika baju panjang sampai atas lutut aku paling tidak suka menggunakan rok karena terlihat aneh, tetapi aku selalu menggabungkannya dengan celana jeans begitupun masalah warna”.

Selalu tersenyum dan tertawa, meskipun orang lain menyindir dan membenciku aku selalu tersenyum padanya, meskipun aku dihina namun aku selalu menganggap perkataannya merupakan bahan candaan bagiku. Karena itulah aku tidak pernah memiliki musuh terlalu lama, aku jarang sakit hati karena aku tidak pernah menganggapnya serius, aku jarang menangis karena aku selalu tertawa dan tersenyum.

Aku selalu berprinsip :

“Penyakit itu bukan ada pada orang lain, tetapi ada pada diri kita. Jika orang lain berbicara dengan nada tinggi pada kita jangan langsung marah karena bisa saja otak kita yang mempresepsikan salah, presepsikan saja orang itu berbicara biasa dengan nada yang biasa. Hati-hati otak kita dipengaruhi oleh perasaan hati kita. Maka kendalikanlah perasaan kita dan settinglah hati kita selalu dalam keadaan tenang dan bahagia dijamin emosi tidak akan pernah ada dalam kehidupan kita.”

Tipe sanguinis, gampang tersenyum, tidak mudah sakit hati, dan selalu riang. Itulah rencana jejak emas hidupku, kesan yang harus aku ukir, selau dan selalu.

tersenyumlah hatiku

Minggu, tanggal 13 november 2011, pertama kalinya aku melakukan praktikum psikotes di lapangan. Semua berjalan lancar meskipun ada satu orang yang tidak dapat hadir sehingga op aku hanya berjumlah empat orang dari lima orang yang telah ditentukan.

Tidak ada yang berkesan menurutku, kecuali aku harus tersenyum dan mengalah ketika rekan setimku terus menerus menyalahkan kekuranganku ketika tampil, namun dirinya tidak ingin disalahkan atas kesalahnnya.

Seperti biasa, aku hanya tersenyum.

Mengingat langkah emas yang harus aku ukir, tersenyum meskipun itu menyakitkan, mengalah untuk menghindari terjadinya konflik, dan bersabar.

Terus tersenyumlah, ingatlah hidup ini terlalu singkat untuk membenci seseorang, cobalah bersabar dan mengalah, hidup ini akan terasa tenang dan damai.

Hatimu akan selalu diliputi ketenangan karena itulah yang sekarang terjadi pada diriku. Tanpa dendam tanpa sakit hati.

Ayo kita terus tersenyum, sebelum senyum itu sulit untuk dilakukan lagi.

Jumat, 11 November 2011

Langkah Emas Sisa Perjalanan Hidup

“Entah apa yang aku pikirkan sekarang, entah apa yang harus aku perbuat sekarang” Begitulah pikiranku saat ini. hari ini aku kembali beraktifitas seperti biasa, pagi berangkat kuliah dengan menggunakan damri untuk mncapai tujuanku yaitu kampus. Hari ini pikiranku benar-benar berbeda entah kenapa hari ini aku males untuk bicara, males untuk tertawa, bahkan males hanya untuk tersenyum sedikit.

Dengan paksaan aku berjalan dibelakang teman-temanku, seperti biasa berlari mengejar damri di bunderan cibiru. Akhirnya aku duduk dan kembali termenung. Hari ini perasaanku sangat berbeda “aku bingung, pikiranku mendadak kosong, perasaanku tiba-tiba kosong, aku merasa sendiri di antara krumunan orang-orang di damri, ya hari ini aku merasa sendiri dan hening”.

Aku menatap jalanan di depanku, seperti biasa macet dan selalu macet, dalam pandanganku tiba-tiba aku terkejut dengan sesuatu, ya sesuatu yang membuat aku terpana dan menatap lama jalanan dihadapanku. jalanan itu panjang lurus, seperti sebuah tujuan yang hendak aku capai, lurus dan memanjang terlihat jauh namun dekat, di ujung sana ada tujuanku, aku semangat namu tiba-tiba hatiku seperti terkoyak-koyak sangat menyakitkan “kini tujuan hidupku harus terpotong, tujuan ujung jalanku bukan mengarah pada keinginanku, tapi ujung jalan itu mengarahkanku pada akhir hidupku”. Berkali-kali aku yakinkan hatiku bahwa aku akan mencapai tujuan awalku, aku akan mampu sampai pada cita-citaku yang paling aku inginkan, jalanku tidak akan terpotong oleh akhir hidupku, ya aku harus yakin itu. Aku coba menyebut-nyebut tujuanku “Prof. Dr.Leni Herlina.M.Psi” mendapat gelar professor dan kuliah sampai S3. namun hal itu bukan membuat aku bahagia namun semakin sedih dan sedih. Ingin aku menangis namun aku ingat sekarang aku berada di damri. “apakah aku memang harus berhenti di tengah jalan? Dan menerima nasibku bahwa jalanku hanya sampai disini, terpotong oleh takdir yang mengikatku?”, “tidak, aku pasti bisa bertahan” kucoba mengingatkan diriku untuk semangat.

Rasa sakit itu kemudian muncul kembali, aku makin lemah, dadaku makin sakit, napasku makin berat. Entah penyakit apa yang sekarang aku miliki, aku tidak bermaksud sedikit pun untuk memeriksakannya ke dokter, karena aku tahu penyakitku, penyakit yang sangat berat dan membutuhkan biaya besar. Akhirnya aku diam dan diam dengan menahan rasa sakit di dadaku yang semakin sakit setiap harinya.

Aku berpikir dan merasakan setiap aku menatap orang tuaku, hatiku makin sedih, hari ini aku bisa kuliah, ya impianku untuk kuliah terpenuhi namun aku menyadari untuk memenuhi keinginanku ini aku harus mengorbankan cita-cita dua orang yang sangat aku sayangi yaitu “kedua orang tuaku”. Aku bangga memiliki kedua orangtua yang hebat seperti mereka, aku tahu ibu dan ayahku sangat menginginkan untuk ibadah haji dan menginjakan kaki di tanah suci mekah, namun mereka harus mengubur impian itu untuk memenuhi kuliahku, mengubur dan menundanya meskipun hanya untuk pergi umroh. aku tahu mereka mampu, aku tahu mereka bisa memenuhi impian mereka jika mereka ingin, namun demi anak-anaknya dan diriku mereka mampu mengubur impian mereka dan merubahnya dengan senyuman yang mereka tunjukan padaku. “aku tahu, impian yang tidak bisa terpenuhi itu sakit, aku tahu hal itu berat maafkan aku, karena kami kalian harus menderita.. maaf beribu maaf, aku sayang kalian, dan aku akan sukses demi kalian”. Ingin aku segera memutar waktu dengan cepat, aku ingin memebahagiakan mereka, aku ingin segera sukses dan memenuhi impian mereka meskipun aku harus berlari, ya lari dengan sangat cepat, aku tidak akan peduli rasa letih dalam diriku yang penting kalian bahagia.

Aku memiliki impian, impian untuk sukses di masa depan, aku ingin kuliah sampai dapat gelar doctor dan mendapat pekerjaan yang penghasilannnya besar, dan segera memberangkatkan orang tuaku ketanah suci Mekah bahkan dengan paket ONH plus, aku ingin beli mobil, itu semua karena orang tuaku aku ingin kalian merasa nyaman ketika berpergian aku tidak ingin melihat kalian harus jalan kaki dan menggunakan angkot setiap harinya, aku tidak ingin melihat ayahku harus berdiri lagi di bus ketika pergi kebandung, bayangkan dari purwakarta-bandung berapa jam ayahku harus berdiri, aku ingin berbelanja baju dengan ibuku dan membelikan gaun mahal, ya kami bisa berbelanja dibutik, seperti yang sering kami angankan, aku bisa membelikan perhiasan mahal buat ibuku, aku teringat kejadian dulu, ibuku sudah meniatkan untuk beli perhiasan meskipun Cuma 1 buah gelang yang nominalnya tidak terlalu mahal, padahal dengan penghasilan sertifikasinya ibuku bisa membeli lebih dari yang dia inginkan, tapi apa kenyataannya aku melihat ibuku malah memberikan uangnya kepada kami semua, aku tidak melihat perhiasan yang diinginkannya melilit tubuhnya yang mulai kurus, hanya untuk memenuhi kebutuhan kami, dengan uangnya ibuku membelikan aku leptop yang aku butuhkan untuk kuliah, dan biaya kuliahku, “astagfirullah aku terlalu egois pada mereka, aku terlalu jahat sama mereka, selama ini aku tidak pernah melihat kebutuhan mereka, selama ini aku hanya bisa menuntut dan menuntut”. Aku semakin bersalah dan sedih “bisakah aku mewujudkan impian mereka? Bisakah aku memiliki cukup waktu untuk membuat mereka tersenyum dan memenuhi impian mereka? Bisakah? Bisakah?” hatiku sungguh terkoyak-koyak mengingat penyakitku, dan tubuh ini tidak akan sekuat dulu.

Aku mulai mengingat pertemuan pertamaku dengan orangtuaku di rumah, ya aku sudah dua bulan tidak pulang dan menatap mereka, dan sehari sebelum idul adha aku pulang meskipun hanya 1 hari. selama ini aku tidak pernah memikirkan kesehatan mereka, aku ingat sebelumnya selama dua bulan orang tuaku telah mentransfer beberapa kali karena aku terlalu boros, bukan karena aku berencana boros tapi karena biaya kehidupanku dan kebutuhan kuliahku yang semakin membengkak “maafkan aku ayah, maafkan aku ibu karena aku kalian semakin menderita”. Terlalu naïf aku berpikir kehidupan orangtuaku senang di rumah, aku pulang, “astagfirullah keadaan mereka tidak seperti yang aku bayangkan selama ini, ayahku makin kurus, ibuku juga semakin kurus, apa karena aku atau umur mereka yang telah semakin tua? Adik dan kakak ku ternyata harus hidup dalam keadaan mengirit, karena aku? Ya kuliahku dan kebutuhanku” aku termenung selama ini aku egois hanya mementingkan kebutuhanku, selama ini mereka selalu mengatakan “jangan lupa makan”. Ya mereka peduli padaku tapi apakah mereka peduli juga pada diri mereka?

Malam itu, ibuku terlelap tidur kemudia aku memeluknya dan melihat wajah polos ibuku yang sedang terlelap tidur, tanpa dia sadari, hangat pelukan ini sangat hangat, entah sampai kapan aku bisa merasakan kehangatan ini lagi. Aku bahagia, aku senang, akhirnya aku tertidur dipelukan tubuh ibuku. “sampai kapan aku bisa merasakan dan memeluk hangatnya tubuh ibuku?” aku tertidur, aku percaya untuk selamnya kehangatan ini akan selalu aku rasakan.

Semakin aku tidak kuat untuk mengatakan “ayah, ibu aku sakit”. Biaya pengobatan tentu akan sangat mahal, tidak aku tidak kuat meskipun hanya sekedar mengucapkan itu.

Dari hari ke hari umurku mulai berkurang, sisa waktuku mulai berkurang, entah sampai kapan, yang jelas aku akan menemui ujung hidupku. Hanya menunggu dan menunggu yang aku lakukan, dengan senyuman, dan keikhlasan aku menunggu akhir perjalanan ini. “aku akan mengukir langkah emas dalam sisa waktuku, langkah emas untuk teman-temanku di kampus, teman-temanku di organisasi, dan langkah emas untuk keluargaku, pasti dan pasti, aku yakin itu”. Senyumku untuk semuanya, senyumku langkah emasku sampai perjalanan ini berhenti pada tujuannya.

Damri semakin melaju cepat mengikuti keadaan jalanan yang mulai tidak terlalu macet. Dada ini makin sakit, aku tertidur, dan aku terbangun, kemudian aku tertidur kembali di dalam damri itu, yang aku tahu inilah cara untuk mengurangi rasa sakit dan sesak di dada ini. aku tertidur dan tertidur sampai akhirnya damri berhenti ditujuanku.

“ayah, ibu, kakak, adik maafkan aku yang telah menyusahkan kalian semua, maafkan aku yang selama ini bertingkah menyebalkan kepada kalian, maafkan aku karena aku kalian harus menderita dan bersusah payah, maafkan aku yang hanya bisa membalas kebaikan kalian dengan senyuman dan tawaan diriku di rumah, terimakasih atas kebaikan kalian selama ini, aku sayang kalian sampai kapanpun”

“untuk ibu dan ayahku tercinta, maafkan aku yang mungkin tidak akan bisa memenuhi keinginan kalian, terimakasih telah menjagaku selama ini, terimakasih telah memberikanku kesempatan untuk merasakan bangku kuliah, terimakasih atas senyuman dan kehangatan yang telah kalian berikan, aku sayang kalian, beribu doa aku panjatkan buat kalian, hati ini akan selalu bersama kalian, cintaku selamanya buat kalian, beribu dan berjuta trimakasih, kalian orang tua terhebat yang aku miliki, tetaplah tersenyum untuk diriku, karena senyumku hanya untuk kalian selamanya, dan senyum kalian akan selalu ada di hatiku untuk selamanya”

Jumat, 04 November 2011

rintik hujan tegalega

Hujan turun merintik memadamkan semangat untuk pergi ke alun-alun hari ini, setelah dengan paksaan dan ingat tugas yang diberikan akhirnya berangkat juga menuju lokasi pukul 14.40 setelah sebelumnya mengambil payung dari kostn teman “akhirnya payung satu-satunya ini bisa kembali” setelah sang peminjam membiarkannya diam lama di kostn, “udah tahu musim hujan kenapa juga gak segera dikembalikan” gerutuku dalam hati. Sambil tersenyum terpaksa yang aku sungging d hadapnnya aku mulai melangkahkan kaki ku menuju lokasi damri, untunglah masih ada satu damri yang belum berangkat damri yang tercetak tebal dengan tulisan “kalapa-cibiru” dengan tekstur warna yang mencerminkan daerahnya “cibiru”.

Mulailah perjalanan pukul 14.50, sambil melirik hujan yang turun aku teringat bahwa hari ini projek pendidikan blum aku buat. Dengan selembar kertas HVS yang terselip di tas, aku mulai menuliskan poin-poin namun baru beberapa kalimat pikiranku sudah mulai teralihkan dengan pemandangan di depan “waduuuh, macetnya panjang banget” begitulah yang terlintas dalam pikiranku, rasa malas mulai tertawa kecil menggelitiki tubuhku supaya perjalanan tidak aku lanjutkan dan memulai berputar haluan menuju kostn yang nyaman.

Akhirnya kertas aku lipat dan pulpen aku simpan kembali, akhirnya pikiran dan pandanganku kembali teralih pada rintik hujan di jendela. Bus pun melaju perlahan menuju lokasi yang aku sudah paham tujuannya “alun-alun”. Tiba-tiba suara gadis kecil membuyarkan lamunanku “mah ini dimana?” celoteh anak kecil pada ibunya. “di jalan Jakarta” simple namun pasti jawaban sang ibu. “lho kita kan mau ke bandung kenapa ke Jakarta?” aku tertawa kecil mendengar celotehan anak itu, kulirikan pandangan ku pada 2 kursi di sampingku hanya untuk sekedar melihat gadis cilik dan ibunya itu, namun aku hanya melihat sunggingan senyum terlukis dibibir ibunya. “dasar anak kecil, untung aja bus ini tidak melewati jalan riau” hahahaha aku tersenyum geli pada diri ku.

Susana damri mulai kembali nyaman, dengan alunan suara deru mobil, dan gemericik air di jendela mobil membuatku kembali memfokuskan pikiran pada jendela. Akhirnya pukul 15.20 aku sampai pada tujuanku “mesjid alun-alun”. Dengan langkah semangat kulirik kanan, kiri, depan, dan setiap kursi taman, namun aku tidak menemukannya ‘dimana anak-anak tutorku, dimana yang lainnya, ah gini nih kalau datangnya terlambat” gerutuku dalam hati. Kutelusuri setiap teras, kulirikan mataku menuju dalam mesjid, tetapi mereka tidak ada. Akhirnya aku sms nomor yang aku tahu pasti akan membantu, dan akhirnya aku tahu mereka pindah ke “tegalega”.

Keberuntungan datang padaku, setelah kebingungan yang sempat terlintas dalam pikiran tentang “jalan tegalega” yang belum pernah aku datangi sebelumnya, datanglah sms, “hayu bareng, teteh ada di parkiran” senyumku mulai mengembang, tanpa pikir panjang ku langkahkan kakiku menuju lokasi dan akhirnya ketemu dengan sang penyelamat yang sedang melambaikan tangannya padaku.

Berangkatlah menuju lokasi yang sebenarnya, dengan seuntai obrolan yang seru, akhirnya lokasi aku temui. Dengan memantapkan langkah aku berjalan menghampiri mereka dan ternyata seperti biasa mereka menyambutku dengan “hangat”, “ih senangnya dech pikir ku dalam hati.

Tampa kukira sebelumnya aku bertemu kembali dengan dua orang sosok yang pernah aku jumpai sebelumnya, ya itu dewi dan dea, mereka adalah anak jalanan yang pernah ikuta waktu anggota k-pad baksos dilembang. ‘ih, kangen dech ma mereka” kini senyum terlukis dalam wajahku. mereka melangkahkan kakinya padaku dan tersenyum padaku “teteh, em, nama teteh teh??? itu reni, eh lina, eh rere” kulirik mereka dan mencoba mengganggu konsentrasinya “hayoooo, siapa??? Masa sih lupa”, “hehehe” sunggingan senyum kecil mereka tujuan buatku.

Akhirnya wajah polos mereka membuatku luluh juga, kubuka tas dan kuambil name-teg yang sengaja aku bawa, kupasang di jaket sebelah kiriku mereka tersenyum “oh iya, teh leni” akhirnya mereka mengingat diriku. “herliana, herlini, eh herlina” celetuk yang lain melengkapi namaku.

Kebingungan mulai menghinggapiku lagi, kulihat sekeliling hanya ada lapangan terbuka dengan tugu di tengahnya dan pepohonan yang mengelilingi jalanan setapak di setiap pinggirnya mengingatkanku pada mahkota raja yang hanya punya seikat rambut ditengahnya. Kulirik lagi dan ternyata aku memang tidak melihat lokasi yang tepat untuk tempat belajar, selain lapangan terbuka dengan rintikan hujan diatasnya persis sekuntum bunga yang sengaja ditaburkan dilapangan itu, kulirik lagi pada mereka dan ternyata mereka malah mengejekku dengan pikiran yang sebaliknya “ah udah biasa teh hujan mh, hayu di tengah we belajarnya” malu bercampur heran aku lupa kalau mereka merupakan anak yang terlatih dengan kehidupan yang keras, sehingga hujan rintik tidak akan memadamkan motivasi mereka untuk belajar.

Teriakanku mulai terdengar kembali ketika aku menginstruksikan mereka untuk berkumpul di lapangan tengah, dan itu tidak hanya sekali tapi beberapa kali tapi anehnya suaraku tidak pernah habis untuk bersuara. Mualailah aku membagi mereka menjadi 2 kelompok, “kelompok bisa baca, dan kelompok tidak bisa baca” dengan hitungan detik mereka menyebutkan jumlah mereka satu persatu, keluarlah singgungan kecil dan tawaan yang membuatku dan mereka bahagia.

“kelompok bisa baca” begitulah tugas yang aku sanggupi, dengan jabatan PJ (penanggung jawab) aku mulai memberi mereka intruksi, spidol dan penghapus yang aku sengaja bawa dari kostn terpaksa harus aku berikan pada mentoring “belajar membaca”, “lagian kelompokku kan bisa baca paling tinggal di suruh baca” dengan cuek aku memberikan spidol dan penghapusnya.

Bingung iya, harus mulai dengan apa? Pikiranku bingung. Dengan iseng aku buka buku bacaan yang aku bawa, serentak mereka berebut untuk membacanya, ku suruh mereka maju satu persatu dan ternyata mereka memang bisa membaca namun tidak lancar. Kini tibalah giliran “dea” penyanyi cilik jalanan yang hobi nyanyi. Namun bacaannya banyak yang salah dan jika dia menemukan huruf konsonan yang bersebelahan, kata itu menjadi beda makna. Seperti “penerbitan” entah jadi apa dia baca yang jelas bukan jadi penerbitan.

Games ke dua dimulai, aku bacakan satu persatu huruf sperti “g-a-r-i-s” mereka menjawab dengan betul dan pasti, aku coba memberinya dua kata seperi “n-e-n-e-k l-a-m-p-i-r” mereka malah termenung dan diam seribu bahasa namun akhirnya salah seorang dari mereka menjawab depannya kemudian seseorang menjawab belakangnya dan mualailah suara nyaringan ketawa mereka dan diriku keluar membentuk alunan yang senada. “ya, kami bahagia”

Tidak berhenti disana sambil menunggu buku yang sedang diambil di alun-alun, kami akhirnya memutuskan untuk main game “Vs” yaitu game yang terdiri dari dua kelompok, setiap kelompok 4 orang, setiap orang aku instruksikan untuk mengalahkan tim lawannya dengan kewajiban menjawab kata yang dieja oleh lawan kelompok. Game berjalan dengan seru, namun akhirnya kami ketawa kembali ketika mereka memberikan ejaan huruf yang dia sendiri tidak mengeri artinya.

Berbicara dan membaca telah kami lakukan, akhirnya aku putuskan kini bagian menulis, aku buka gulungan yang tadi terlipat bersih dan membaginya dengan garis tengah. Kini mereka sibuk menuliskan nama mereka sendiri, namun teriakan tertawa mulai kembali terdengar ketika “bagas” menuliskan namanya dengan bagas eli bukan bagas lem.

Sore akhirnya mulai datang, gemuruh adzan magrib tinggal beberapa menit, dalam sisa itu aku berikan waktu untuk mereka membaca, aku buka buku bacaan yang dikasihkan sebelumnya kepadaku, tanpa ragu aku berikan pada mereka dan seperti biasa respon mereka saling berebut untuk membaca.

Adzan mulai berkumandang, namun secara mendadak datanglah yang lain dengan membawa perlengkapan, salah satunya perlengkapan kesehatan seperti perban dan obat luka. Datang juga beberapa geng tipar yang terkenal gila abis sama aksi ngibulnya “termasuk diriku”, kami saling tertawa bersama, dengan menjadikan mascot bully kami bahan ejekan lagi seperti di tipar santolo dulu (tanggal 21-23 oktober 2011).

Suasana riang kembali muncul, rasa penat tidak aku rasakan sama sekali, lapar tidak terbesit dalam pikiranku saat itu, namun harus aku akhiri ketika aku ingat waktu shalat magrib telah berkumandang beberapa menit yang lalu. Aku menghentikan ketertawaan itu, segera aku melangkahkan kakiku mencari mesjid yang terdekat, aku melangkah pada pintu gerbang terdekat ternyata telah ditutup, aku berbelok pada bangunan kecil bertuliskan “mushola” namun terkunci seperti tidak pernah terpakai. Akhirnya aku putuskan memutar jalan menuju gerbang yang lain, dan akhirnya ditengah perjalanan teman-teman yang bawa motor melaju menujuku tanpa aba-aba lagi aku ikut dengan salah satu dari mereka dan melajulah menuju mesjid agung alun-alun.

Pukul 18.30 aku menjalankan shalat magrib sendirian, tanpa ada yang menemaniku karena mereka langsung menuju daerha ciateul, fahira tempat anak-anak jalanan mentoringku tinggal. Entah seperti apa tempatnya tanpa aku tahu karena aku harus memutuskan pulang ke kostanku di cibiru.

Semua serba membingungkan, daerah ciateul yang tidak aku tahu dan kini damri yang menuju ke tujuanku tidak muncul lagi. Ketika aku Tanya pada orang yang biasa aku Tanya dulu mengenai bus dia malah menjawabnya dengan ketus “gak tahu neng, petugasnya juga gak ada, mereka gak kesini lagi mungkin karena macet”, gerutu orang itu. Aku terdiam karena aku menyadari mungkin bapak itu lagi emosi karena tempat jualannya harus pindah sementara entah karena halte mau dibenarkan entah mau dibongkar yang jelas aku tadi melihat orang yang sedang membongkar atap halte itu.

Tanpa pikir panjang lagi aku lirikan mataku menuju angkot dan secara kebetulan munculah angkot tujuanku “caheum-cileunyi”, “lho harusnyakan kalapa-caheum?” aku terheran, namun aku putuskan untuk menaiki itu. Angkot itu lumayan kosong hanya ada dua laki-laki yang dihadapanku, rasa takut bercampur curiga mulai memenuhi otaku laki-laki yang duduk dihadapanku melihatiku dengan pandangan mencurigakan, tanpa aba-aba lagi aku memutuskan turun, dan lari dengan langkah seribu menuju masjid agung.

Kuatur nafasku, dan kurebahkan tubuhku dengan bersandar pada tiang penjaga masjid dihadapanku. Namun aku terkesima melihat beberapa sosok yang tidak aku kenal melintasku dan memoto beberapa pedagang yang disekelilingku. “Mereka orang arab, dan banyak yang bercadar” tatapanku tidak berpaling dari mereka. Aku berdiri dan mulai melangkahkan kakiku menuju halte kembali, namun kini bukan hanya orang arab yang aku temui tapi bule Australia, “wow” takjubku pada mereka “emang sekarang saatnya bertamasya ke bandung ya?” tanyaku dalam hati.

Kembali aku putuskan untuk pulang, dengan melalui jalan memutar ku stop mobil hijau itu. Meskipun penuh dan aku harus duduk pinggir pintu masuk, namun aku tenang karena orang yang didalamnya tidak memiliki wajah mencurigakan malahan wajah asing dari papua entah dari mana.

Tas jinjing berisi notebook, penampilan dengan rambut ikal, mereka saling berbicara dengan bahasanya yang tidak aku mengerti tapi aku tahu mereka pasti sedang membicarakan merek notebook karena aku mengetahui satu merek yang mereka sebutkan dan tidak asing ditelingaku “accer”.

Aku terlelap tidur dalam angkot itu, semakin mereka berbicara semakin ngantuk mataku, akhirnya aku tertidur dan terbangun ketika tujuan akhirku telah sampai batasnya “cibiru”. (pukul 20.50)

Senin, 31 Oktober 2011

senyumku memori terindah untuk selamanya

“Hujan” seakan menyambut langkahku yang baru pulang kuliah jam 7 malam tadi. Langsung aku membuka payung hijauku yang sangat ku sayang “ya karena dia satu-satunya miliku”. Setelah berpamitan dengan temanku yang beda jalur, akhirnya aku berjalan sendiri. Sungguh hari ini jalanan terasa sepi bagiku. aKu melewati gedung kosong yang telah lama ditinggalkan pemiliknya, sesosok gedung mewah yang kosong tanpa jiwa didalamnya. Tiba-tiba otak ini memerintahkanku untuk berhenti dari ayunan langkah yang telah membuat aku terlena dengan situasi sekitar yang tidak menghiraukan apapun selain “tujuan kostn”. aku berhenti, namun sosok mata ini menangkap Sesuatu, sesuatu yang terlihat ketika aku menoleh kesebuah jendela di rumah kosong itu dan melihat sesuatu bayangan yang tidak asing lagi bagiku. “Iya itu bayangan diriku”.

Aku mencoba berhenti beberapa saat supaya aku bisa melihat bayangan diriku dengan sangat jelas di jendela rumah itu “ya sosok wanita yang masih berpikiran seperti layaknya anak kecil, lumayan terlihat anggun dengan payung hijaunya” aku tersenyum kecil. namun tiba-tiba senyum itu langsung menghilang, dan sesuatu yang aneh mulai aku rasakan sungguh aku merasa aneh pada bayangan itu seakan sosok itu akan segera “hilang”.

Hilang, hilang dan hilang. Aku bertanya dalam hatiku dan perasaanku. “hilang seperti apa yang akan terjadi?” Hatiku seakan mengetahui kegelisahaan yang aku rasakan dan dalam hitungan detik aku mulai memahami jawaban hatiku “hilang selamanya” hatiku bergetar, rasa takut dan sedih mulai menjalar keseluruh tubuhku.

aku perhatikan sosok wajah dan bentuk tubuh itu “ya, dia tersenyum, dia terlihat anggun, dia sekan mimpi indah yang datang sebentar, yang sebenarnya tidak pernah ada dalam dunia ini, dia adalah memori dirimu bahwa dulu kamu pernah ada disini dan di dunia ini”.

“ya, setidaknya aku bahagia ketika melihat sosok wajah dan tubuhku di cermin itu, ketika aku melihat bayangan itu aku mulai teringat kenangan indah yang pernah aku rasakan. Aku tersenyum, hatiku bahagia, aku punya banyak kenangan yang indah bersama keluargaku, teman-temanku, dan orang-orang disekelilingku. Aku yang melihat diriku merasakan kebahagiaan yang sangat menyenangkan, liahtlah wajahku ayah, ibu, kakak, adik, teman-temanku, dan semua orang yang aku sayangi. aku simpan memori wajahku di foto yang kalian punya, aku simpan senyumku dalam foto itu. Aku harap kalian mengingat kenangan indah bersama ketika melihat foto diriku yang tersenyum gembira bersama kalian”

“berbahagialah, dan tersenyumlah untuk ku”

Akhirnya aku berhenti memandangi bayangan itu, dan memulai perjalanan menuju kostnku, terlintas Sesuatu dalam perjalanan itu

“perjalananku di sini mulai berhenti, waktuku menunjukan detik-detik terakhir, aku mengerti sekarang, dalam sisa waktuku sekarang aku harus bahagia dan terus bersama teman-temanku. Aku harus terus tersenyum dan tertawa. Iya aku harus tersenyum, tersenyum bahagia bersama mereka dan diriku”

Minggu, 30 Oktober 2011

berjuang, bertahan sampai gelar almh aku dapatkan

Berawal dari jam satu pagi semua rencana yang telah tersusun hancur berantakan. “Mengalah” iya kata yang tepat untuk semuanya. membiarkan Sesuatu yang telah lama tidak kurasakan menguasai tubuh ini. tanpa pertolongan tanpa bantuan ku berjuang sendiri, mencoba bangkit, mencoba melawan tapi aku tetap kalah.

“tidur, iya kata yang tepat untuk saat ini” ku coba memjamkan mata ini namun Sesutu yang mengalahkanku terlalu kuat, kebeningan organ pnglihatan yang sangat kusukai berubah menjadi sosok yang sangat menghawatirkan, mencoba memohon bantuanku namun aku tetap tidak bisa melawan.

Tubuhku tiba2 merasakan aliran panas namun aku coba merasakannya “tidak, tubuh ini terbujur kaku dingin”. Dentuman yang semakin kuat kini ku rasakan di kepalaku, “sudah lama aku tidak merasakannya” membuat aku semakin lemah tidak berdaya.

Setiap napas yang aku atur sedemikina rupa membuat dada ini makin sesak, kapasitas yang telah aku atur agar aku bertahan makin tidak terkendali, mereka menguasai organ ku yang lain, detuman kehidupan makin cepat aku rasakan, pukulan menyakitkan mulai aku rasakan di sekitar punggung ku.

Makin aku tidak berkutik melawan “dia”, meminta pertolongan? Ke siapa? Aku menyadari kini hidupku sendiri, aku bisa sendiri “iya, aku bisa”.

Teringat kembali air mata sosok yang aku sayangi, halusnya tangan mereka ketika mengusap kepalaku, keridhoan mereka menguras sesuatu yang telah mereka cari selama sebulan hanya untuk ku, kesembuhan ku, dan melihat canda tawa ku.

“tidak, aku tidak ingin mengulang moment itu kembali” ingin ku berteriak tapi pada siapa? Ingin ku menangis tapi pada siapa? Haruskah ku menurunkan ego ku untuk menghilangkan sosok yang menghancurkan diri ku? Bukan, bukan hanya diriku namun jasad dan jiwa orang yang kukasihi.

Berbaring diam, memikirkan sesuatu yang dapat mengalihkan pemikiranku, percuma jasad ini telah telalu kalah untuk terus berjuang.

Kelelahan yang timbul mulai membantuku melupakan hal yang menyakitkan tadi, senja mulai menunjukan parasnya, hangatnya mentari telah kurasakan dri sela jendela kamarku, dan aku mulai tersadar kembali “ya, kini aku hanya sendiri”.

Menatap langit kamar yang berwarna putih hanya dengan ukuran 4x3 meter mengingatkanku pada sesuatu yang telah aku ingat sebelumnya “ruang oprasi?”, “tidak, aku tidak ingin berakhir disana”. Melanjutkan perjuangan pada pagi hari bukan Sesutu yang mudah, semua mulai kembali pada titik awal. “Berjuang, melawan, dan bertahan” terus aku putar dalam ingatanku.

Berniatkan modal dan tekat, akhirnya aku putuskan untuk melawannya, kaki mulai aku langkahkan menuju pintu luar, namun tanpa aku duga pintu aku tutup dengan cepat, ku duduk dan mulai mengendalikan jasad ini lagi “aku tak bisa”, kucoba untuk yang kedua kalinya tetap tidak bisa. Dentuman kepala dan jantung mulai menyemangatiku seolah mereka merasakan hal yang sama denganku “ingin cepat keluar dari penderitaan ini”, namun mereka hanya mempersulit diriku apalagi ditambah alunan oksigen mualai mengalah dengan keadaan, sehingga mulai membutku ingin kembali berbaring.

“haruskah sesulit ini? haruskah ku mulai menekan tombol yang telah aku ingat diluar kepala hanya untuk menolongku? Haruskah aku melihat mereka panic karna diriku? TIDAK, sesuatu yang telah aku sembunyikan sekian lama tidak boleh terbongkar begitu saja”

Lima menit berlalu dengan pikiran yang melilit, “aku harus pergi, ya, pergi menuju sesuatu yang telah aku janjikan, aku harus tersenyum bersama mereka, aku harus acting, ya acting diriku sehat”.

Dentuman suara mobil kini yang aku rasakan, langkah kakiku telah membawa diriku padanya, “aku berhasil”. Namun jasadku mulai menunjukan kekalahan “aku drop, di sekeliling orang yang aku tidak mengenalnya sama sekali” keringat dingin mulai membajiri kaus specialku, “aku bingung, haruskah aku berbelok kembali? Namun tidak bagi otaku”.

“macet, ah macet” membuat kondisiku makin drop. Mataku mulai menunjukan keletihan, tubuhku mulai menunjukan kekalahannya, dan napasku mulai mendorongku agar aku mengalah.

Bukan karna tubuhku yang buat aku makin tersiksa, namun napas dan dentuman harmonica ini yang membuat aku makin lemah. “tidak, haruskah mereka mengalah secepat itu? Aku tetap harus bertahan”

“yes, aku menang, aku sampai namun skarang aku harus bagaimna? Memulai acting bahwa aku baik2 saja? Iya itulah yang tepat untuk saat ini” aku tersenyum dalam hati. Namun senyuman itu tidak berarti apa-apa, aku mulai drop kembali sehingga aku harus mengalah kembali. Akhirnya aku putuskan untuk duduk sampai acara selesai, dengan atraksi di depan yang memperlihatkan semua orang senang, aku malah tertunduk dan mulai merasakan “aku makin kalah”.

“rumah sakit hasan sadikin” kini bisikan itu mulai terdengar jelas, sosok teman yang telah aku nantikan akhirnya muncul, aku bingung harus kemana, akhirnya aku setuju untuk pergi ke sana, hatiku sakit bukan karena jasadku kalah. Namun karena “aku harus mengakui Sesutu yang telah lama aku sembunyikan, bahwa selama ini AKU SAKIT” membayangkan betapa khawatir dan tetesan air mata yang akan keluar dari kebeningan mata mereka selama ini, membayangkan senyuman berubah dengan khawatiran, kepercayaan berubah menjadi pengawasan. “aku tidak mau itu”.

Berbagai pemikiran telah aku pikirkan, rasa mulai berkecambuk dalam dadaku, sedih, marah, khawatir, mulai aku rasakan. Gerbang rumah sakit membuat aku semakin ingin berteriak dan berlari kebelakang menjauh dari sana.

Berputar sendirian tanpa peta di tanganku, makin membuat aku ingin berlari menuju pintu keluar, “ya pintu keluar”. Kutanyakan orang yang kutemui, tapi mereka malah menggiringku pada ruang class eksecutive yang serba mewah didalamnya dengan penjaga yang super ketat di depan lift, ruang tunggu yang nyaman, dan ruang penarikan tunai.

“aku mulai tersenyum sinis, apakah dengan pasilitas ini mereka yang tinggal di dalamnya akan betah? Atau Cuma perlarian dari masalah yang ada diluar sana sehingga menjadikan tempat ini hotel idaman?, atau mereka merasakan bahwa tempat ini penjara?” Entahlah yang jelas “AKU TIDAK INGIN MENGINAP DI SINI MESKIPUN CUMA SATU HARI”. Aku melangkahkan kakiku keluar, menemukan tempat keluar namun aku malah terjebak diruang basement yang penuh dengan trolli dan ambulance. Aku makin bergiding, dan mulai lari menuju tempat yang ingin aku tuju. “pintu keluar”

Satu hal yang telah aku yakini setelah menjelajah ditempat ini “aku tidak ingin berakhir di sini, aku kan berjuang sampai aku benar-benar kalah, dan aku tidak akan merasakan tempat tidur di sini jika aku masih bertahan”

Aku terus melangkah dan melangkah, mengikuti rute yang telah aku hapal sebelumnya, terikan matahari mulai mengejeku dan mengajaku untuk kalah. “tidak, mereka tidak boleh membuatku kalah”, dentuman kepala mulai aku rasakan kembali, napas yang berat mulai menggiringku pada kekalahan. Semua menjadi serba kuning, lingkungan mulai menertawaiku, memperjelas bahwa mereka menginginkanku untuk kalah.

Akhirnya pijakan langkah menuju kostn kini mulai terlihat jelas, namun akhirnya “aku kalah” aku mencoba duduk dan mencoba mengatur kembali kekuatanku untuk bertahan namun aku terlalu lemah, kini pikiran jahat mulai menguasaiku “aku harus mengaku kalah, aku harus meminta pertolongan, tapi haruskah aku benar2 kalah?” . akhirnya aKu putuskan untuk berobat ke puskesmas besok dan merahasiakan semuanya. “laporan? Ah, Aku lupa haruskah ku berbohong pada orang tuaku? Iya,” jawaban mantap telah aku peroleh.


“selagi aku masih bisa bertahan, aku akan bertahan, biarkanlah orangtuaku mengetahuinya setelah aku di wisuda dengan gelar “almh” yang akan aku sanding di akhir nanti, biarkanlah tangisanku dan kesakitanku hanya aku yang merasa asalkan aku bisa melihat senyuman kedua orangtuaku di bibir mereka, selalu, selalu, dan selalu”

Sabtu, 21 Mei 2011

ibu saya kenapa??

sebenarnya tingkah laku kita kepada mereka dibentuk oleh mereka sendiri yaitu orang tua, seperti halnya ekspresi yang mereka tunjukan kepada kita begitulah yang akan kita tunjukan balik kepada mereka.
hari ini kita akan membahas kasus teman saya kita panggil saja dd..
keluarga ini terdiri dari 4 orang yaitu dd (sebagai anak sulung), ff (anak bungsu), ayah dan ibu. dd bercerita bahwa dia sangat jauh dengan ibunya namun lebih dekat dengan ayahnya, dia mengaku semasa kecilnya sering d hukum oleh ibunya bahkan samapi d pukul dengan besi kemoceng padahal dia tidak salah apapun, dari sanalah dia lebih dekat dengan ayahnya. bahkan ketika adiknya lahir kelakuan ibunya terhadap dia sama saja tidak pernah berubah malah semakin menunjukan rasa benci kepada dd.
setiap apa yang d inginkan ff selalu terpenuhi namun bagi dd dia tidak pernah d berlakukan seperti itu, ff selalu d speciallkan, setiap ulang tahunnya selalu d rayakan, namun tidak bagi dd.
setiap dd bertengkar dengan ibunya karena hal spele ayahnya selalu membelanya dengan memarahi ibunya, namun dd selalu merasa bersalah ketika ibunya nangis.
pernah suatu ketika dia bilang pada kedua orng tuanya " apakah saya ini anak tiri?'' sontak kedua orang tuanya malah ketawa mendengar pernyataan itu, dari sanalah dd berkesimpulan bahwa dia memang anak asli karena wajah dan tubuhnya yang sangat mirip ayahnya, namun dd masih bingung kenapa dia d berlakukan seperti itu oleh ibunya??
jika ia meminta uang jajan tidak pernah kepada ibunya selalu saja kepada ayahnya, bahkan dia hanya berani meminta uang jajan ketika tidak ada ibunya. apakah ibunya kesal karena ia pernah menggunakan uang sppnya untuk jajan?? atau karena dd sering bolos?? apakah karena hal itu ibunya sangat benci dengan dd mengingat ibunya seorang pengajar?? tidak menurut saya, namun karena hal apakah?? masih membuat saya bingung..
namun meskipun dia sering d bentak, d marahi, bahkan d bandingkan dengan ff sehingga sifatnya kelihatan buruk d depan ff, dd masih menunjukan rasa hormat kepada ibunya dia sering membantu pekerjaan rumah dan mau d suruh-suruh untuk belanja. namun jika dia melakukan kesalahan sedikit saja ibunya sering marah besar. dari sanalah alam bawah sadarnya bereaksi dia balas membentak balik, dia pernah mengaku "saya berani membentak lagi d depan ibu saya, namun saya sering menangis jika d bentak oleh ayah saya".
dari kata-kata "saya berani membentak lagi di depan ibu saya, namun saya sering menangis jika di bentak oleh ayah saya" dapat d ambil kesimpulan..
karena dd selalu menerima perlakuan buruk dari ibu dari masa kecilnya sampai sekarang, alam bawah sadarnya menyimpan semua kenangan dan pengalaman buruk sehingga menyimpulkan bahwa "ibu saya jahat", sehingga rekaman itu d simpan d ruangan yang sangat terpencil yang tidak bisa d deteksi oleh alam sadar, sehingga dia merasa semua kenangan buruk itu sudah terlupakan bahkan terasa daydream "mimpi di siang hari". namun rekaman itu akan kembali muncul ketika dia diperlakukan kasar lagi oleh ibunya berupa "sentakan balik" yang tidak pernah dd sadari kenapa dd berani melakukan hal itu.
dd bisa saja berlaku lebih seperti memukul atau berlaku kasar kepada ibunya, namun dd hanya menunjukan kemarahannya jika stimulus "bentakan" muncul dan hanya d lawan oleh "bentakan lagi". hal itu karena alam bawah sadarnya bukan hanya menyimpan kenangan buruk namun kenangan baik dan menyenangkan ketika dia melalui masa kecilnya dengan ibunya meskipun kenangannya hanya sedikit namun rekaman itu akan tersimpan baik dan tersembunyi d alam bawah sadar seperti kenangan buruk tadi. kenangan baik itu akan ikut muncul ketika stimulus "berantem dengan ibu" hadir, dia akan ikut muncul setelah "kenangan jahat" dari alam bawah sadar muncul sehingga memunculkan rasa "penyesalan dan sedih ketika dd berlaku kasar kepada ibunya, bahkan lebih sedih ketika melihat ibunya menangis".
"jika di bentak oleh ayahnya dd selalu menangis" dd merasa satu-satunya tempat berlindung dia adalah ayahnya, dd merasa jika ayah saya yang merupakan pelindung saya trus jika ayah marah dan benci kepada saya, saya harus minta perlindungan kepada siapa lagi?? stimulus alam sadarnya muncul dengan membawa "rekaman baik" jadi dd selalu menyesal jika dia melakukan hal yang membuat ayahnya marah dan hayalan dari pikirannya mulai muncu "bagaimana jika ayah saya marah kepada saya setiap hari berarti saya tidak akan memiliki pelindung dan pengalaman menyenangkan lagi seperti dulu? saya tidak mau maafkan saya ayah".. sehingga dia pun menangis, kafrena dia sudah menganggap ayahnya merupakan tuhan baginya. dan dia menyimpulkan bahwa "saya jahat" kepada ayahnya
untuk masalah ibunya saya masih belum mengetahuinya..

rasa sayang akan selalu muncul meskipun kita diberlakukan jahat oleh salah satu orang tua kita karena "pengalaman yang menyenangkan" pernah d bentuk oleh orang yang kita benci. kita tidak akan pernah selamanya benci kepada orang yang benci kepada kita.
untuk semua para orang tua:

"kami sayang kepada kalian, meskipun kalian jahat kepada kami, kami rela mengorbankan jiwa kami untuk kalian, jika kalian memeluk kami dengan hangat meskipun cuma 1 kali, we are always love u mom"

"berceritalah kepada kami apa yang membuat kalian benci kepada kami, kami akan lebih menghargainya dari pada kalian menyembunyikannya dari kami dan hanya menunjukan lewat tindakan yang menurut kami menyakitkan, berceritalah mom meskipun menyakitkan tapi itu lebih baik"

emosi marah

emosi marah terjadi karena kebutuhan masa kecil yang kurang terpenuhi, ibarat gelas kosong yang ingin di isi.. kekosongan itulah yang terus muncul sampai kita besar, kadang kala kekosongan itu tidak pernah kita sadari karena kita sering mengalihkannya kepada sesuatu lain, tpi kekosongan tetap saja kekosongan.. kekosongan itu akan muncul dengan ekspresi marah ketika stimulus hadir.. coba bayangkan kenapa ketika kita bertengkar karena hal spele kita bisa sangat marah?? padahal itu adalah hal yang sangat spele?? sebenarnya kita marah bukan pada stimulus yang datang pada saat itu juga, tpi ekspresi marah itu muncul karena alam bawah sadar kita ingat kembali dengan kekosongan kita pada waktu kecil, alam bawah sadar itu ingin berontak dan seolah-olah ingin mengatakan "saya butuh gelas kasih sayang ini terpenuhi, kenapa orang tua saya tidak pernah memenuhinya?? karena hal inilah saya ingin berontak, saya marah, dan saya ingin mengatakan orangtua saya jahat"..
namun sebaliknya, bagi orang yang terpenuhi gelas kasih sayang orangtuanya pada waktu masa kecil, dia akan lebih rasional dan bisa mengendalikan emosi marahnya, sehingga alam bawah sadar tidak akan terlalu menguasai dirinya ketika stimulus datang..
itulah teori saya...

Sabtu, 09 April 2011

my first friends..

my best friend.. hesti aprilia (my ate), ikrimah nuryani (c manja namun pemberani), nur riska (pendiam namun riweh), n nur hasanah (my umi)... sahabat gokil ku tanpa kalian saya tidak bisa sebahagia ini.. thanks.. ^,^
tau gak saya dapat temen seperti mereka butuh perjuangan dan kesabaran selama satu semester lho (sekitar 6 bulan).. mau tau ceritanya.. saya ceritain y..
awal mula masuk semester 1 sekitar bulan september,, saya masih menjadi anak yang pendiam (maklum masih jaga image n msih nyari2 teman).. hehehe
dari hari ke hari saya semakin iri pada teman yang lainnya karena mereka sudah menemukan teman yag sehati dengan mereka.. sedangkan saya masih sering sendiri.. huft sebel..
namun saya tidak terlalu sedih karena pada waktu itu prestasi saya sedang naik bahkan setiap presentasi teman2 saya sering minta supaya saya tidak bertanya..(wah kalau setiap kelompok meminta saya tidak bertanya truz saya bertanyanya kapan??) mereka bilang karena pertanyaan yang saya ajukan terlalu sulit.. hihihi seneng dech berarti pertanyaan saya bermutu dan berkualitas..
meskipun begitu saya masih sedih karena saya masih belum pnya sahabat dekat.. setiap orang mulai berkelompok, setiap orang mulai bikin acara seru-seruan..
pernah saya di suruh jdi fotografer mereka ih ogah (lao gk da sakit hati pasti mau)..
full selama 1 semester saya jadi individual (semuanya sendiri)..
nah.. pas hari pengisian KRS (kartu rencana study) tepat pas libur semester fakultas saya ngadain study tour ke sukabumi ke tempat rehabilitasi dan SLB.. saya nekat ikutan, emng awalnya saya setengah hati karena main tanpa punya teman dekat tidak pernah seru..
rahasia di balik rahasia mulai menampakan.. saya 1 bus dengan teman yg saya sebutkan d atas.. aduuh satu kursi lagi..
dari sana saya semakin dekat, ngobrol bareng, nginep bareng (sebelum berangkat karena berangkat jam 2 pagi)..
yang paling senang lagi se-kamar hotel ma mereka.. makinlah akrab..
dari kedekatan itu saya mencoba menerima kekurangan n kelebihan mereka, menghilangkan pikiran negatif terhadap mereka, dan kumpul-kumpul bareng mereka.. asiik pokonya..
dari study tour menjadi study friends..

sarannya yaitu :
1. jangan pernah bersedih ketika anda belum punya teman akrab.. yakinlah itu merupakan diri anda sedang dalam proses pencarian teman yang satu hati dengan anda (diri anda masih mencari yang cocok dengan anda)
2. jangan berpikiran negatif terhadap orang lain, ketika orang lain memunculkan sikap yang menurut anda jelek sebenarnya rasa sirik dari diri andalah yang meyakini bahwa sifat temen anda itu jelek.
3. cobalah bergabung, perhatikanlah tingkah laku mereka apakah anda merasa cocok apa tidak.. (carilah teman yang menurut anda menyenangkan)
4. carilah teman yang sederhana.. tidak royal dan tidak banyak neko-neko
5. terimalah sifat jelek temen-temen anda, jadikan sifat itu sebagai batu loncatan bagi anda untuk jadi lebih baik
6. jangan pernah menyembunyikan sifat asli anda, karena hal itu tidak akan pernah tahan lama, tunjukanlah sifat anda dan lihatlah apakah teman anda menerimanya atau malah jadi olok-olok mereka..
7. yakinlah anda akan menemukan teman se hati dengan anda..
8. jangan memilih-milih teman (kaya, cantik, ganteng, dll)
9. sering-seringlah becanda dengan mereka..
10. sering senyuuuuuum...

my first be OP

hari ini jadi OP (objek penelitian) kakak tingkat.. seruu juga..
awalnya dari semester 1 bertekad tidak akan pernah mau jdi op.. pengennya sebelum orng lain mngetahui kepribadian ini yg lebih tau duluan y saya sendiri.. heheheh
kejadiannya aslinya:
ketika itu hari kamis waktu pulang kuliah.. teman-teman saya menyuruh saya menunggu mereka d kursi koridor.. katanya ada urusan dulu.. ketika saya sedang duduk saya melihat teman saya prisda sedang ditawari untuk jadi OP kakak tingkat.. dia menerima tawaran itu tapi katanya dia tidak bisa berangkat sendiri, y karena jarak kuliah sekarang lumayan jauh karena kampus kami sedang melakukan renovasi, seketika itu dia langsungg bilang "km kn blom jdi OP gmna kalo bareng hari sabtu.. ayolah gk bisa berangkat sendiri nich.. please" teman saya memohon.. dengan rasa kasian plus terpojok karena dikelilingin kakak tingkat akhirnya saya menyetujuinya.. yaaah meskipun terpaksa.. niat menolong aja dech..
ceritanya pas sabtu paginya kita berangkat jam 7 pas.. dari kostn saya mulai ribut mandi.. ketika keluar dari kamar.. eh c a doraemon (ketua pelayan kafe) bawa makanan.. hihihi lumayan gratis martabak keju anget baru matang dari oven.. (senengnya pnya keluarga baik)..
tanpa aba2 lagi saya berangkat eh disangka dia udh d depan ternyata masih mandi.. terpaksa saya menunggu sampai jm 7.30..
langsung naik TMB (trans metro bandung) wuiiih nyaman plus cepat agy.. sehingga jam 8 udh nyampe kampus.. alhamdulilah.. ^,^
jadi OP pun d mulai dag dig dug kirain mao d gimanain ternyata cma d tanya ma masang puzzel.. hahahaha itu sich hobi..
rincian pertanyaannya:
1. season pertama ditanya pengetahuan umum
2. season k dua disuruh ngulang angka yang disebutin sebelumnya
3. season k tiga sama seperti season k dua tapi sebutinnya dari belakang
4. menyebutkan persamaan dari dua benda
5. soal cerita matematika
6. tes alat praktik (gambar, puzzel, balok)
wuih lumayan 1,5 jam.. tapi seruuuuu...

lain kali ikutan lagi ah..

pesan yang dapat d ambil:
1. jangan takut mencoba hal yang baru (ambil kesempatan buatlah sedikit kesalahan)
2. dengarlah saran teman-teman mu karena kebanyakan saran teman mu lebih mengarah bagi kebaikan kita sendiri
3. tolonglah teman mu.. karena di balik pertolongan mu ada rahasia yang mengasikan bagimu..
4. perbanyaklah teman..

happy b'day kak arul..

happy b'day kak arul... hari ini meskipun telat ikutan bikin kak arul kaya adonan kue.. tapi masih da kesempatan meskipun dikit.. hihihi..
saya adalah mahasiswa semester 2 psikologi.. d kostn ini baru satu taun pas bulan juli nanti.. berarti masih da 3 bulan agy.. gk kerasa y.. ^,^
oh y.. kak arul adalah salah satu penjaga kafe di kostn saya..
aduuuh meskipun baru kenal tapi saya udah mulai akrab dengan dia.. saya akan ceritakan dari awal y..
kafe ini baru di buka ketika saya mulai memasuki semester 2 y kira-kira bulan desember.. kalau mau keluar (ke kampus atau mau ke jalan) mesti melewati jalan kafe dulu.. mulanya malu ih serasa dilihatin pengunjung kafe yang lagi makan.. hehe
awal-awal saya merasa penjaga kafe a doraemon, 2 teteh kasir, 1 chef makanan, n 1 yang saya kenal, ini dia yang namanya kak arul peracik minuman..
baru sekitar bulan februari akhir kami mulai dekat.. pertamanya yang dekat teman kami alias kostn tetangga saya,saya kamar 206 dia kamar 205 kita panggil saja dea y.. saya malu banget anak psikologi tapi tidak bisa bergaul aduuh kerjaan cuma diam di kamar.. mulanya dea dekat dengan kak arul.. ketawa bareng.. entah lah dea punya daya pikat apa.. hihihi jngan mrah y dea..
dengan rasa malu+takut+gk percaya diri saya mulai dekat dengan mereka.. ternyata asik juga tapi masih da rasa canggung jika becanda ma mereka..
saya teringat dengan insiden yang membuat saya jadi tersangka.. mereka nyangka saya yang melapor ke bos pemilik kostn n kafe ini karena berisik.. sontan entah karena wanita lebih menganut perasaan tanpa logika entah karena ketakutan saya sendiri.. saya merasa disalahkan sama mereka.. padahal jangankan melapor punya no hp pemilik kostn pun gk punya.. tapi saya pura2 cuek ja alias memasang wajah tanpa dosa.. hihihi tapi kenyataannya emng saya gk bersalah.. lama kelamaan dengan berjalannya waktu salah sangka itu mulai terlupakan.. untungnya.. ^,^
hari ini kak arul ultah.. tapi entahlah rasa canggung masih da di diri saya.. penjaga kafe apalagi kak doraemon mulai rame ketika bikin kak arul kaya adonan kue.. saya pingin ikutan tapiii gak beranii karena gak da dea(my bestfriend).. T_T
tapi pas jam lima tadi saya beranikan diri saja keluar kamar.. eh taunya pas banget dengan adonan yang udah siap tanpa aba2 agy saya mulai menyiram ke seluruh tubuhnya,, hahahaha kasian padahal waktu itu kak arul baru ja selese mandi setelah perang air pertama (kopi+milkshake+another drink).. meskipun cuma berlangsung beberapa menit tapii seruuuuuu banget..
moment pertama bersama keluarga ke 2 saya.. senengnya... ^,^
dari sana ada pelajaran yang dapat kita ambil :
1. jika anda orangnya pasif namun ingin bisa bergaul, yang pertama yaitu beranikan diri, cobalah dekat plus berpikir positif jangan berpikir negatif karena hal itu akan menciutkan niat anda..
2. carilah teman yang pinter bergaul seperti teman saya dea.. karena dengan itu kita merasa punya support..
3. luangkan waktu untuk bergabung atau cuma sekedar mengobrol dengan teman baru anda karena semakin jarang kita gabung dengan dia maka semakin jauh ikatan kedekatannya
4. ikutlah setiap moment penting dia seperti ultahnya.. karena dengan itu dia merasa bahwa kita peduli.. ayo tmn2 tunjukan kepedulian kalian pada teman-teman kalian y.. ^,^
5. jangan takut dengan kecanggungan anda.. hadapi dia.. yakinlah dengan melawan rasa canggung anda akan mengalami moment yang berharga dalam diri anda..
6. yang terpenting tunjukan senyum anda n jangan pernah menunjukan sikap jutek.. oce..

"kostn ku adalah rumah keluarga ke2 ku.. thanks for all.. n thanks for my bestfriend dea"

boleh di coba

buruan daftar bakal dapat uang

Untung Beliung