Minggu, 20 November 2011

ketakutanku keputusasaanku saat ini


Entah berapa tahun, bulan, atau hari kah sisa umurku, dari hari ke hari kondisiku mulai lemah, setiap hari tangan dan kakiku terus menerus kesemutan, tangan ku mulai pegal-pegal, dadaku selalu sakit kadang sebelah kiri kadang kanan, punggung tengahku terus menerus merasakan sakit dan napasku semakin hari semakin berat. Aku tidak bisa menahan napas terlalu lama bahkan menghirupnya.

Kini dibagian perut atasku mulai sakit, dan secara dua hari ini urinku berwarna orange kemerah-merahan. Entah apa yang terjadi padaku, namun aku bisa merasakan bahwa ada yang salah dengan diriku.

Hari ini, minggu 20-11-11 skoring terakhir klasikal 1 dikampus, aku berjalan mantap menuju kampus pukul 08.00 tentunya dengan kendaraan antar jemputku “damri”. Hari ini entah apa yang terjadi padaku aku tidak bersemangat lagi. Aku sandarkan tubuhku pada kursi damri dengan pandangan terus menatap jendela samping, “apakah karena aku semalaman tidak bisa tidur?” pikirku dalam hati. Ya semalaman aku tidak bisa tidur, jantungku terus berdetak cepat sehingga membuatku terus gelisah tanpa sebab, bawah dadaku atau yang sering disebut “hulu hati” terus memunculkan rasa sakit yang berkelanjutan, dan nafasku yang mulai semakin berat serta punggungku yang setiap hari selalu menemaniku dengan rasa sakitnya.

Aku terus menatap jendela damri yang melaju dijalanan, untuk menahan rasa sakitku aku menatap suasana jalanan. Tanpa aku sadari aku melihat beberapa plang yang terpajang secara bergantian, plang demi plang yang bertuliskan nama gedung mulai menghiburku, aku tertawa, aku melihat tulisan plng sebagian demi sebagian sehingga memunculkan kalimat yang membuat aku ketawa bahagia. “helm kambing dijual 55.000” padahal tulisan itu terdiri dari 3 papan reklame “plang” helm-kambing-dijual 55.000.

aku baru menyadari, selama ini banyak yang merasa hidupnya selalu sedih dan menderita, padahal jika kita melihat sekeliling dengan mata terbuka banyak yang membuat kita bahagia, lingkungan ingin turut serta dalam kebahagiaan kita bahkan selalu membuat kita tersenyum. “aku tersenyuma bahagia”.

Aku terus menatap pandangan disekitar jendela, tanpa aku sadari kini tujuanku telah sampai “kampus”. Aku turun dan mulai menyebrang untuk dapat menuju kampusku saat ini, namun perasaan aneh mulai merasukiku lagi, aku merasakan laju mobil yang mulai pelan dan sangat pelan, membuatku ingin segera menyebranginya. Aku mulai menyadarkan diri dan kembali berkonsentrasi kini mobil d jalanan itu terlihat cepat sebagaimana aslinya. Aku tidak ingin terjebak dengan pikiranku lagi sehingga aku menyebrang jalanan dengan memegang tas temanku.

Kini pukul 09.00 aku telah sampai kampus dan ruangan a.10 telah menungguku. Tanpa aba-aba lagi aku mengambil map di lab dan mulai menaiki tangga menuju lantai dua. Namun tangga itu malah membuatku semakin lemas tanpa sebab sehingga aku terus menerus memegang pegangan besi yang tepasang sepanjang anak tangga. “Entah apa yang terjadi padaku”

Scoring akhirnya aku mulai, menit demi menit telah berlalu, aku meneliti seluruh data scoring, namun tanganku terus menerus gemetar lemas, aku menggerakan tanganku dan jariku untuk menghilangkan rasa lemas, semua sia-sia aku melanjutkan pekerjaanku tanpa menghiraukan keadaan tangan dan tubuhku yang mulai makin lemas meskipun pekerjaanku makin lambat dari biasanya, namun aku tetap melanjutkan. Aku menatap jam tangan yg terpasang dipegelanganku waktu menunjukan hampir berakhirnya scoring. Akhirnya aku memaksa tanganku untuk melanjutkan menulis selembar demi lembar tes itu. setelah aku hampir selesai akhirnya aku periksa kembali, astaga seluruh kolom salah penulisan, aku kaget karena angka yang harus aku simpan di atas aku malah menyimpan seluruhnya di bawah, semuanya terbalik apa yang aku lihat dan pikirkan ternyata tidak sama dengan apa yang aku tulis. Akhirnya dengan menenangkan diriku dari panic akhirnya aku membetulkan seluruh jawaban. Aku lihat dan periksa dua kali namun aku tetap terkecoh, “apa yang terjadi padaku? Otaku mempermainkanku” akhirnya aku lihat secara lambat dan aku perbaiki yang salah. Tinggal 1 lembar tes yang belum aku isi, akhirnya aku menyerah dan membiarkannya kosong karena waktu scoring telah selesai.

Akhirnya aku menyadari kesalahan ini bukan yang pertama bagiku, sekitar dua minggu yang telah lalu aku merasakan apa yang ingin aku ucapkan tidak selaras dengan apa yang telah aku pikirkan seperti “malas banget” jadi “banget malas”. Apa yang akan aku tulis ada kosakata yang tidak tercantum bahkan salah sama sekali seperti “jadi-dadi, berpikir-berkpir, aku-kau, menghiraukan-menghitaukan”.

Apa yang salah denganku? Kenapa akhir-akhir ini otaku tidak selaras dengan gerak motoriku? Kenapa dadaku makin sakit? Kenapa tanganku makin lemas? Kenapa tubuhku makin tidak berenergi dan lemas? Kenapa tangan dan kakiku selalu kesemutan? Kenapa jalanku makin sempoyongan? Kenapa tubuhku semakin sakit? Kenapa aku tidak bisa menarik napas panjang? Kenapa nafasku berat?

“Mah aku takut, aku takut tidak bisa melanjutkan kuliahku, aku takut aku tidak akan bisa lagi menulis, memegang, bahkan berjalan, mah aku takut tubuh ini tidak akan bisa bergerak lagi, bahkan aku takut nafasku akan berhenti, aku takut tidak akan melihat mu lagi mah, mah tolong aku, beri aku semangat, beri aku kemudahan seperti dahulu, bantu aku mah agar aku bisa terus kuliah dan menggapai magisterku, aku takut, dan aku semakin takut untuk mengatakan padamu mah, takut untuk mengatakan yang sebenarnya, takut membuatmu sedih”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

boleh di coba

buruan daftar bakal dapat uang

Untung Beliung